Spirit Of Banten : Edisi Ramadhan, Masa Kecilku di Serang bagian 2
Setelah Sholat Subuh dan mengaji,
kami jalan-jalan dan bermain lagi. Ada yang main bola, kasti, bebentengan,
gobag sodor, gatrik, membunyikan petasan, membunyikan belendungan dan main
klaher.
Klaher sebetulnya nama bagian dalam
roda kendaraan bermotor yang berfungsi untuk memperlancar perputaran roda.
Disebut main klaher karena digunakan sebagai alat bermain yang terbuat dari
papan dan diberi roda dari klaher sebanyak tiga klaher. Dua dibelakang yang
dihubungkan dengan tongkat kayu sebagai as nya dan satu di tengah bagian depan
dengan tongkat kayu juga yang berfungsi sebagai kemudi.
Cara bermainnya adalah dengan duduk
di atas papan yang hanya cukup untuk satu orang, kakinya bisa bersila atau
model jongkok dan tangan kanan memegang kemudi. Kemudian didorong oleh yang
lain dan beradulah siapa yang paling cepat dan finish duluan.
Selasai bermain ada yang langsung
tidur, ada yang ke pasar Rawu untuk berdagang, membuat bedug dari kaleng bekas
yang ditutup dengan kantong semen yang diberi lem aci dan dijemur, membuat
meriam dari tanah atau bambu (belendungan). Ada yang membuat mainan seperti
mobil-mobilan dari bambu, peletokan, tulup, petasan dari busi bekas, tembakan
jepret dari bambu, kayu dan karet. Bahkan ada yang membuat rumah-rumahan dari
pohon dan tanaman di lahan-lahan yang masih kosong.
Setelah Dzuhur dan ngaji, kami
berkeliling kampung untuk membagikan piring yang nantinya diambil kembali
setelah 'Ashar dalam keaadan terisi makanan untuk berbuka puasa (wong kebaharan
nyebutnya zezabur). Setelah itu baru beristirahat di rumah-rumahan yang sudah
dibuat sambil bermain membunyikan meriam tanah, belendungan, peletokan, tulup, mancing
atau pun melanjutkan membuat mainan untuk ditampilkan sesudah 'Ashar.
Setelah 'Ashar dan ngaji, kami
bergembira kembali sampai jam lima sore. Ada yang main petasan dari busi bekas,
ada yang main tembakan dari bambu, kayu dan karet dengan peluru dari jali-jali
atau buah tanaman hias yang berwarna kuning orange. Ada juga yang mulai gelar
dagangan petasan, termasuk saya. Permainan yang paling seru adalah adu mobil
bambu. Mobilnya yang pecah bambu atau patah as rodanya, itu yang kalah.
Disebut mobil bambu, karena sebagian
besar bahannya dari bambu. Body nya dari batang bambu yang dibuat lubang
berbentuk kotak dan tembus sampai ke bawah di bagian depan dan dibelah sampai
mendekati bukunya di bagian belakang membentuk huruf U. Di tengahnya diberikan
lubang tapi tidak tembus ke bawah karena difungsikan untuk menyimpan lilin yang
dinyalakan pada saat keliling kampung malam hari. Lubang berbentuk kotak
digunakan untuk memasang tongkat yang berfungsi sebagai kemudi. Bagian bawahnya
di pasang roda yang terbuat dari karet sandal jepit, as rodanya bisa dari
bambu, kayu atau logam bekas yang dimasukkan ke dalam tabung plastik bekas
benang jahit. Bagian belakang yang berbentuk U juga dipasang roda dengan bahan
yang sama seperti di bagian depan.
Sekitar jam 5 sore, kami keliling
kampung untuk mengambil zezabur dan dikumpulkan di masjid. Kemudian masyarakat
yang pulang dari aktivitas berdagang dan anak-anak berkumpul di masjid menunggu
waktu berbuka sambil bersholawat dan berdzikir.
Dan, saat yang ditunggu itu pun tiba,
Adzan Maghrib berkumandang dan kami pun berdo'a dan menyantap hidangan yang
telah disediakan. Melaksanakan Sholat Maghrib, mengaji dan makan lalu setelah
Tarawih bermain lagi dengan gembira. Sedangkan masyarakat yang sudah dewasa,
bergotong royong membangun lawang seketeng dan memasang obor dari lampu bohlam
bekas untuk penerangan kampung.
Itulah Ramadhan masa
kecilku yang seru di Kampung Kebaharan Serang Banten. Kreativitas dan
Kebersamaan adalah kunci kebahagiaan bermain. Sekarang tinggal dongeng untuk
diceritakan kepada generasi pengganti kita. Berharap suatu saat nanti akan
diulang kembali dan diwujudkan yang disesuaikan dengan jamannya.https://www.youtube.com/channel/UCnif-azGVIuo_xOYHUgtbAA
Comments