Spirit Of Banten : Edisi Mulud dan Budaya Lokal Serang
Panjang Mulud dan Ngeropok, Kearifan Lokal yang Islami di Tanah Jawara
Konon katanya, tradisi Panjang Mulud dan Ngeropok ini sudah ada sejak jaman Kesultanan Banten. Tradisi yang menjadi Kearifan Lokal Islami di Tanah Jawara dalam rangka syukuran hari lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W. tanggal 12 Rabi'ul Awal kalender Hijriah.
Konon katanya, tradisi Panjang Mulud dan Ngeropok ini sudah ada sejak jaman Kesultanan Banten. Tradisi yang menjadi Kearifan Lokal Islami di Tanah Jawara dalam rangka syukuran hari lahirnya Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W. tanggal 12 Rabi'ul Awal kalender Hijriah.
Dulu, sewaktu Abah masih hidup, kami sangat antusias mempersiapkan
Panjang Mulud satu hari sebelum dikeluarkan, yaitu menghias 'endog' (telur)
asin dengan
kertas minyak, lalu di tusuk menggunakan bilah bambu. Kemudian endog asinnya di
pajang di beras yang di simpan di bakul. Selain endog, Abah juga mengeluarkan
Panjang Mulud berupa beras sekitar 2.5 kg yang dimasukkan ke dalam kantong
plastik bening dan diselipi uang pecahan seribu. Pokoknya Panjang Mulud yang
dikeluarkan Abah pada saat itu nilainya yang paling besar diantara yang
lainnya. Itu merupakan sodaqoh dan amal jariyah yang akan dibagikan ke
masyarakat kurang mampu.
Panjang Mulud ini, biasanya diarak oleh masyarakat mulai jam 9 pagi dari rumah masing-masing menuju Masjid yang diiringi oleh musik rebana, qasidahan dan kendang serta bunyi petasan. Di Masjid, diadakan dzikir, sholawat dan do'a bersama sampai Panjang Muludnya terkumpul semua. Setelah itu, menjelang dzhuhur, masyarakat yang hadir (biasanya bukan asli warga kampung yang mengadakan Panjang Mulud dan membawa tas dari anyaman daun pandan atau 'slipi') saling berebut mengambil Panjang Mulud. Nah rebutan ini yang akhirnya disebut tradisi 'Ngeropok'. Meskipun rebutan, tapi tetap menjaga persaudaraan dan tali silaturrahmi.
Sekarang, isi Panjang Mulud sudah beragam dengan bentuk yang lebih bervariasi. Ada bentuk kapal, pesawat, mobil, becak dan lain-lain. Ada yang isinya sembako, baju, motor dan lain-lain. Namun syi'ar Islam sebagai rasa syukur dan berbagi dengan orang yang tidak mampu masih tetap terjaga.
Panjang Mulud ini, biasanya diarak oleh masyarakat mulai jam 9 pagi dari rumah masing-masing menuju Masjid yang diiringi oleh musik rebana, qasidahan dan kendang serta bunyi petasan. Di Masjid, diadakan dzikir, sholawat dan do'a bersama sampai Panjang Muludnya terkumpul semua. Setelah itu, menjelang dzhuhur, masyarakat yang hadir (biasanya bukan asli warga kampung yang mengadakan Panjang Mulud dan membawa tas dari anyaman daun pandan atau 'slipi') saling berebut mengambil Panjang Mulud. Nah rebutan ini yang akhirnya disebut tradisi 'Ngeropok'. Meskipun rebutan, tapi tetap menjaga persaudaraan dan tali silaturrahmi.
Sekarang, isi Panjang Mulud sudah beragam dengan bentuk yang lebih bervariasi. Ada bentuk kapal, pesawat, mobil, becak dan lain-lain. Ada yang isinya sembako, baju, motor dan lain-lain. Namun syi'ar Islam sebagai rasa syukur dan berbagi dengan orang yang tidak mampu masih tetap terjaga.
Kalo yang sulung pergi jalan-jalan ke luar Jawa,
nah yang kedua ini saya ajak untuk menyaksikan langsung Panjang Mulud dan
'Ngeropok' yang merupakan Kearifan Lokal Islami di Tanah Jawara.
https://www.youtube.com/playlist?list=PLrOL3iBm5pVIUX_YhLdXYuXmP7MXEQ9e4
Comments