Spirit Of Banten : Edisi Membangun Indonesia dari Kampung
Kampung merupakan wilayah paling kecil dari suatu sistem pemerintahan
yang ada di Indonesia. Kampung-kampung tersebut hidup berkelompok sehingga
mempunyai wilayah administratif yang disebut dengan Desa. Jumlahnya sekitar
70.000 an desa yang tersebar di seluruh penjuru Nusantara.
Kampung dalam persepsi masyarakat Indonesia selalu dimaknai sebagai
simbol kemiskinan, tidak mengenal teknologi dan berkonotasi buruk. Oleh karena
itu jika ada orang yang miskin atau gagap teknologi atau berperilaku tidak baik
selalu disebut 'kampungan'. Paradigma seperti ini sudah lama sekali mengakar di
masyarakat Indonesia, jadilah kampung-kampung tersebut ditinggalkan tidak hanya
oleh pemerintah, bahkan oleh warganya yang produktif.
Merubah Indonesia harus dimulai dari kampung. Karena di sanalah
peradaban itu lahir. Karena di sanalah sumber kehidupan itu ada. Indonesia
dengan jumlah kampungnya, berpotensi menjadi negara yang bisa mensejahterakan
masyarakatnya.
Ini yang luput dari pemerintahan sekarang. Mereka terlalu sibuk dengan urusan kader-kadernya yang tersangkut kasus korupsi. Terlalu sibuk dengan pencitraan partainya. Mereka hanya melihat kampung sebagai objek untuk program yang bisa menaikkan citra partainya. Mereka lupa bahwa akar persoalan Negara sebenarnya adalah ketidakhadiran Negara itu di kampung walaupun instrumennya sampai di kampung-kampung. Sehingga kampung itu bukan tertinggal, tapi ditinggalkan oleh pemerintah.
Ketidakhadiran Negara itu bisa dilihat dari infrastruktur yang sangat mengkhawatirkan di kampung. Anak-anak dan orang tua harus menyeberang sungai tanpa jembatan untuk sekolah dan bertani. Ruang pendidikan hanya berdinding bilik dengan lantai dari tanah. Hasil bumi dibeli dengan sangat murah sekali. Kekayaan alamnya dieksploitasi sehingga kawasannya mengalami degradasi lingkungan. Mata pencahariannya baik itu sebagai nelayan, petani dan buruh sangat tergantung dengan kondisi alam dan cuaca yang bersahabat.
Ini yang luput dari pemerintahan sekarang. Mereka terlalu sibuk dengan urusan kader-kadernya yang tersangkut kasus korupsi. Terlalu sibuk dengan pencitraan partainya. Mereka hanya melihat kampung sebagai objek untuk program yang bisa menaikkan citra partainya. Mereka lupa bahwa akar persoalan Negara sebenarnya adalah ketidakhadiran Negara itu di kampung walaupun instrumennya sampai di kampung-kampung. Sehingga kampung itu bukan tertinggal, tapi ditinggalkan oleh pemerintah.
Ketidakhadiran Negara itu bisa dilihat dari infrastruktur yang sangat mengkhawatirkan di kampung. Anak-anak dan orang tua harus menyeberang sungai tanpa jembatan untuk sekolah dan bertani. Ruang pendidikan hanya berdinding bilik dengan lantai dari tanah. Hasil bumi dibeli dengan sangat murah sekali. Kekayaan alamnya dieksploitasi sehingga kawasannya mengalami degradasi lingkungan. Mata pencahariannya baik itu sebagai nelayan, petani dan buruh sangat tergantung dengan kondisi alam dan cuaca yang bersahabat.
Pemerintah sekarang memang memiliki konsep pemberdayaan masyarakat
dengan nama Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang dimulai tahun
2007 baik itu di kawasan perkotaan maupun di pedesaan. Namun, hasil dari
program tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dengan biaya sekitar
40 Trilyun dari pinjaman ADB dan IDB yang sudah digelontorkan, baru sekian
persennya saja masyarakat jadi berdaya dan mandiri. Hutang bertambah banyak,
kekayaan alam dikeruk dan masyarakatnya semakin terpuruk.
Merubah Indonesia dari Kampung bukan berarti membawa budaya baru yang
aneh dan asing bagi masyarakatnya. Bukan juga memberikan bantuan ataupun
'charity' yang mengakibatkan masyarakatnya mengalami ketergantungan. Bukan juga
meminjam dana dari Negara pendonor. Bukan pabrik ataupun infrastruktur jalan
yang dibangun. Karena jika itu yang dibangun, maka sifat konsumtif
masyarakatnya akan tinggi yang akan berdampak kepada rusaknya moral dan
perilaku masyarakat.
Salah satu yang membuat tidak tercapainya target
PNPM Mandiri adalah sistem birokrasi yang berbelit-belit dan panjang yang harus
disesuaikan dengan kriteria yang diinginkan oleh Negara pendonor. Selain itu,
paradigma para pemimpin dan wakil rakyatnya yang lebih mengutamakan pembentukan
badan, lembaga atau komisi dibanding terjun langsung ke lapangan. Mereka lebih
senang pelesiran ke luar negeri yang dikemas dengan nama studi banding. Hal
tersebut akan menambah panjang sistem birokrasi dan sudah barang tentu akan
membebani keuangan Negara.
Oleh karena itu, merubah Indonesia dari kampung
dilakukan dengan cara memutus jalur birokrasi yang kompleks, mendatangkan
tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman dan telah sukses dibidang perekonomian
untuk terjun langsung memberdayakan masyarakat kampung, melibatkan partisipasi
komunitas independen yang peduli terhadap kampung dan tidak meminjam dana dari negara
pendonor. Dan yang dilakukan real di kampung adalah pembangunan sarana dan
prasarana yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan pemberdayaan masyarakat
dalam mengoptimalkan potensi lokalnya.
https://www.youtube.com/channel/UCnif-azGVIuo_xOYHUgtbAA
Comments