Spirit Of Banten : Edisi Dongeng Sungai Cisadane dan Mimpi Mewujudkan Tol Sungai 2

Bagian Kedua
Hari ini, aku bersilaturrahmi dengan dua Pendekar Sungai yang sudah melegenda di Indonesia. Melalui telepon, aku menyapa Abah Jatnika dari Yayasan Bambu Indonesia Cibinong Bogor yang bermukim di pinggir Kali Ciliwung. Satunya lagi, aku berkunjung ke Babeh Idin di Padepokan Sanggabuana Kali Pesanggrahan Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Mereka berdua mengajarkan aku bagaimana caranya memulyakan sungai yang menjadi sumber kehidupan dan telah mengalirkan peradaban-peradaban dunia.
Dikala aku menceritakan tentang rencana besar Kota Tangsel menjadi kota tepi air dengan pilot projectnya Tol Sungai Cisadane, Babeh Idin mengatakan jangan hanya sebatas seremonial saja tapi tidak ada aksi nyatanya. Babeh mengatakan, Cisadane adalah sungai yang telah banyak mengalirkan peradaban besar di Indonesia. Hulunya terdapat di Mandalawangi Gunung Pangrango Bogor. Menjaga Cisadane berarti menjaga peradaban. Jadi, meskipun saat ini sudah banyak pengembang yang berada di sepanjang aliran Cisadane, kita jangan kalah, pengembang-pengembang itu harus ikut aturan konservasi sungai seperti ada lahan buat penanaman bambu sekitar minimal 20 m dari bibir sungai, baru diberikan jalan inspeksi. Bukan mereka yang mendesain, tapi kitalah yang mendesain dan mereka harus nurut. Cisadane ini harus di branding, dibuat dongengnya, para wisatawan diceritakan tentang legenda Cisadane, karena inilah kearifan lokal yang tidak dimiliki oleh tempat lain.
Belajar penataan sungai di Indonesia tidak perlu jauh-jauh. Cukup di Jakarta Selatan, tepatnya di Hutan Kota Sanggabuana. Salah satu daerah aliran sungai yang masih terjaga ekosistemnya adalah Kali Pesanggrahan, khususnya di perbatasan selatan kota Jakarta yang dikelola oleh Kelompok Tani dan Lingkungan Hidup Sangga Buana. Kelompok yang dibentuk oleh H. Chaerudin (Babeh Idin) pada 17 Februari 1998 ini mempunyai misi pelestarian alam dan lingkungan melalui program penanaman pohon, perlindungan satwa, sungai sehat, pengolahan sampah terpadu dan penguatan kesadaran masyarakat melalui kegiatan bersifat edukatif dan kultural.

Sejak awal tahun 80-an, Babeh Idin sendiri memelopori penanaman pohon, bersih sungai, sosialisasi ke seluruh pihak hingga terbentuknya komunitas di atas untuk memperkuat apa yang telah diperjuangkan sebelumnya. Dampak konkretnya, saat ini daerah aliran Kali Pesanggrahan menjadi model ideal pengelolaan sungai yang terintegrasi dengan ekosistem hutan kecil buatannya dengan kehidupan masyarakat sekitar.
Ya, dongeng Cisadane ini akan terus berlanjut, tanggal 23 September 2016 nanti akan diseminarkan di Puspiptek dalam rangka mendukung Tangsel Global Innovation Forum. Setelah itu, masterplannya akan disayembarakan dan dilanjut dengan pembuatan Detail Engineering Design nya. Mudah-mudahan tahun 2018 kita sudah mulai menikmati Kota Tepi Air dengan Tol Cisadane sebagai pilot project nya.





























https://www.youtube.com/playlist?list=PLrOL3iBm5pVIMl-CedK7ZnD-kO2Z1hePf

Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Kisah Gantarawang dan Abah Manta Sang Kuncen Terakhir

Asal Usul Jalan Kiyai Haji Sulaiman di Kota Serang Banten