Hidup di Angka 40

Ternyata benar, wejangan yang mengatakan bahwa hidup itu dimulai pada umur 40 tahun. Begitu juga dengan aku, seorang anak pedagang dan petani dari Banten lama yang memiliki visi besar menghijaukan bumi dengan bambu.
Saat umurku mencapai 40 tahun, aku sudah memiliki hampir semua yang dibutuhkan untuk mewujudkan visi besar itu. Ibarat sebuah perang, aku sudah memiliki markas, pasukan, senjata, amunisi, logistik dan strategi. Hidup menjadi lebih berarti dan bisa memberikan banyak manfaat untuk lingkungan.
 Markasnya disebut Akademi Bambu Nusantara, dengan pasukannya yang terdiri dari dinas lingkungan hidup, pesapon, laskar hijau, pegiat bambu dan komunitas kreatif. Senjatanya adalah EcoBricks, aplikasi bambuNUSA, PePohoNan, FasKoJa dan LaLaBan dengan amunisi dan logistiknya adalah karakter bambu, film animasi, game, komik, bibit bambu dan perkebunan bambu. Semuanya dikemas dengan strategi rekonstruksi sosial dan mengoptimalkan sosial media untuk publikasinya.
Jadilah aku seorang Jenderal Besar untuk keluarga, dinas dan lingkungan sekitarnya. Setiap pagi aku dibangunkan oleh suara adzan subuh. Setelah minum air putih hangat, aku ambil wudhu lalu melaksanakan sholat sunnah sebelum subuh dua rakaat di rumah. Selesai sholat sunnah aku bangunkan anak dan isteriku untuk ikut beribadah. Tak lupa mematikan lampu-lampu rumah yang tidak diperlukan lagi sambil membangunkan ART. Kemudian aku bergegas menuju masjid untuk melaksanakan sholat subuh berjama'ah. Selesai berdo'a dan bersilaturrahmi, aku pulang ke rumah untuk melaksanakan sholat sunnah dan mengaji dengan diiringi kokok ayam jantan dan kicau burung yang hinggap di rumpun bambu yang kami tanam hampir 3 tahun lalu. Setelah itu mandi dengan sabun yang dicampur bubuk arang bambu dan sikat gigi dengan pasta yang dicampur dengan bubuk arang bambu. Jadi bisa menghemat sabun dan pasta gigi. Airnyapun tidak terlalu banyak, gayung pertama untuk membasuh tangan dan kaki supaya tubuh ini tidak kaget. Gayung kedua untuk membasahi kepala dan badan. Lalu melakukan wudhu setelah itu dibilas dengan air dua gayung. Jadi hemat air, bersih dan punya wudhu. Setelah mandi, memilah sampah plastik yang dimasukkan ke dalam botol plastik bekas yang nantinya jadi ecobricks.
Sekitar jam 05.45, aku berangkat ke kantor di Tangsel mengendari mobil dinas. Karena berangkat pagi, jadi bisa menghemat bbm karena tidak menggunakan ac dan jalanan lancar. Sengaja aku tidak menggunakan transportasi umum, karena bawaanku banyak sekali seperti drone, laptop, gadget, botol plastik bekas, cuka bambu, berkas, dokumen dan lain-lain. Titik-titik kemacetan yang aku alami adalah di pertigaan jl haji naim, km 30 tol JORR dan rawa buntu. Saat macet tersebut, aku manfaatkan untuk memotret lingkungan menggunakan aplikasi FasKoJa. Selama kurang lebih 1 jam perjalanan dari Pondok Kelapa JakTim ke Tangsel, aku manfaatkan untuk memberikan instruksi atau penjelasan, menjawab pertanyaan dan menanggapi orang-orang yang berkonsultasi melalui WhatsApp dan Sosial Media lainnya. Oleh karena itu, sejak tahun 2009, aku sudah memakai jasa sopir supaya tidak tua dijalan dan produktif. Jam 7 aku sudah sampai kantor, lalu absen finger print dan melaksanakan sholat dhuha 4 rakaat. 
Kadang aku menjadi pembina apel pagi untuk menyampaikan visi misi, target kinerja dan bersilaturrahmi antar pegawai dinas. Apel yang kami lakukan setiap hari selasa dan kamis, sedangkan apel gabungan setiap hari senin. Selesai apel, aku ajak para PPK dan PPTK untuk membahas dan mengevaluasi kegiatan yang sudah tercantum dalam timetable. Ini juga aplikasi yang memudahkanku untuk cek 'n ricek program kegiatan sudah dijalankan apa belum melalui smartphone, nama aplikasinya Siaran Tangsel.
Jika tidak rapat dengan pimpinan atau undangan acara, biasanya aku menerima tamu para pegiat lingkungan dan para investor yang mau mengelola sampah. Kadang menerima aduan masyarakat mengenai lingkungan hidup seperti tumpukan sampah, pencemaran lingkungan dan lain-lain. Disaat luang pun, aku sempatkan untuk keliling melihat-lihat objek yang menjadi kewenangan DLH sambil mendata menggunakan aplikasi dan menerbangkan Drone.
Setiap dhuhur dan ashar aku sempatkan untuk sholat berjama'ah dan siangnya membuat program makan bersama.
Setiap jumat, aku canangkan program menanam. Aku tidak mau melihat ada lahan-lahan kosong, apalagi milik pemerintah yang tidak ada pohon dan tanamannya. Karena investasi yang paling aman dan murah itu yah menanam.
Jika tidak ada kegiatan yang membutuhkan lembur, maka sekitar jam 16 lebih, aku pulang dan menjadi imam bagi keluargaku sendiri. Kadang hari sabtu minggu aku mendapatkan undangan untuk menjadi narasumber tentang lingkungan hidup di sekolah dan masyarakat.
Ya, sekarang aku menikmati hidup dengan lebih hidup lagi, ditambah dengan berbagai ide-ide gilaku yang sudah diimplementasikan. Ternyata benar, kita akan merasakan benar-benar hidup sesuai dengan keyakinan itu dikala umur 40 tahun.













https://www.youtube.com/channel/UCnif-azGVIuo_xOYHUgtbAA

Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Asal Usul Jalan Kiyai Haji Sulaiman di Kota Serang Banten

Kisah Gantarawang dan Abah Manta Sang Kuncen Terakhir