Kota Terapung, Bantam Floating City
Sebagai Ibu Kota Provinsi Banten, Kota Serang, di bawah kepemimpinan Walikota Syafrudin, di tahun keduanya mulai berbenah menata kotanya menjadi kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Salah satu konsepnya adalah Kota Terapung yang dialokasikan di Teluk Banten.
Kota Terapung sebenarnya bukan sebuah konsep baru. Di beberapa negara, seperti Perancis sudah mulai mendesain Kota Terapung yang bernama Polinesia. Bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkap rencana pembangunan kota terapung yang didesain oleh firma Bjarke Ingels dan Oceanix yang diberi nama Oceanix City.
Kota yang mengapung di atas laut, telah lama menjadi mimpi yang dianggap fenomenal bagi para arsitek yang berpikiran milenial dalam menyikapi dampak perubahan iklim dan keterbatasan lahan.
Di Indonesia, potensi yang paling besar untuk dijadikan sebagai kota terapung adalah Kota Serang. Selain sebagai Ibu Kota Provinsi, Kota Serang memiliki semua modal sosial, sejarah dan sumber daya alam. Modal sosialnya berupa kota pesisir, sejarahnya adalah pernah menjadi kota pelabuhan zaman Kerajaan Sunda dan Kesultanan Banten dan sumber daya alamnya adalah Laut Jawa yang tenang dan berada di Teluk Banten yang dibentengi beberapa pulau-pulau.
Konsep Kota Terapung ini akan melengkapi peradaban 3 zaman yang dimiliki Kota Serang. Zaman Kerajaan Sunda, pusat kotanya adalah Banten Girang. Zaman Kesultanan Banten, pusat kotanya adalah di pesisir Teluk Banten. Zaman Kolonial Belanda, pusat kotanya adalah Kota Serang. Zaman now, atau zaman Milenial, pusat kotanya ada di Teluk Banten dengan Konsep Kota Terapung.
Konsep Kota Terapung ini akan dimulai tahun 2020 dengan bangunan pertamanya adalah Masjid Apung, Museum Bantam dan Akademi Bakamla
Model pertahanan di masa kejayaan Kesultanan Banten. Nomor 14 Angkatan Laut, Pasukan Bandrong. Nomor 3 dan 4 Sultan dan Keluarga, nomor 15 Kopassus (Suranagara) setengah sakti. Sumber : DR. Mufti Ali.
Comments