Kota Maritim, Mata Air Dunia
KONSEP
MAKRO 3 IKAN PESUT & BURUNG ENGGANG
Keseimbangan
Alam Semesta
Kearifan
Lokal Sundaland
Kearifan
Lokal Dayak
Trias
Politika
3
Kriteria Utama Desain Ibu Kota Negara
Keseimbangan
Alam Semesta
Bayangkan
kita sedang naik sepeda. Kalau kita tidak mampu menjaga keseimbangan, maka
hanya dalam dua atau tiga kayuhan sepeda sudah akan rubuh. Namun begitu kita
bisa menjaga sepeda tetap seimbang, maka kita bisa menempuh berpuluh-puluh
kilometer dan tetap tegak. Bisa kita bayangkan betapa seimbang alam semesta ini
yang bisa bertahan selama berjuta-juta tahun. Seandainya keseimbangan itu
terganggu sedikit saja, niscaya akan runtuhlah alam semesta ini. Allah lah yang
memelihara alam semesta ini agar tetap seimbang.
Kearifan
Lokal Sundaland
Bermukim
dalam tradisi masyarakat Banten Kidul tidak hanya sebagai tempat tinggal, di
sinilah masyarakat melakukan ritual kehidupan. Ketika alam menyediakan sumber
kehidupan, maka di situlah terjadi bentuk komunikasi antar individu, keluarga,
masyarakat, sesama makhluk hidup dengan alam dan Penciptanya.
Tradisi
tersebut tertuang dalam falsafah hidup “Leuweung Hejo Rakyat Ngejo“, Hutannya
Hijau, Rakyatnya Makmur. Mereka punya kawasan yang disebut Tanah Titipan,
Tutupan dan Olahan. Tanah Titipan merupakan hutan yang boleh dimanfaatkan non
kayunya. Luasnya ±51,2% dari luas kawasan tempat sumber air berada. Tanah
Tutupan adalah tanah yang dijaga dan dilestarikan untuk keseimbangan alam,
berupa hutan dengan luas ±37,7% yang tidak boleh dimanfaatkan kayu dan non
kayunya. Bahkan yang boleh memasukinya hanya Ketua Adat, itupun setahun sekali.
Sisanya ±11,1% merupakan Tanah Olahan yang dimanfaatkan untuk perkampungan,
persawahan dan lainnya.
Untuk
Ketahanan Pangan, tahun 2012, Kasepuhan Banten Kidul menerima ‘Adhikarya Pangan
Nusantara’ peringkat kesatu Nasional. Lahan persawahannya (±10,4%) mampu
memenuhi lumbung padi (leuit) yang jumlahnya ribuan. Bahkan, ada padi yang
usianya puluhan tahun masih layak dimakan dan dikeluarkan saat Upacara Seren
Taun. Ini bukti hasil padinya melimpah dan tidak habis di makan sendiri
walaupun panennya sekali setahun. Tahun 80an, masyarakat Banten Kidul
menyumbang beras untuk bencana kelaparan di Afrika.
Untuk
ketahanan lingkungan binaannya, belum pernah terdengar kejadian bencana alam
yang diakibatkan ulah tangan manusia. Tanah Tutupannya mampu memberikan mata
air dan cadangan yang melimpah sebagai sumber kehidupan. Keseimbangan alamnya
pun tetap terjaga dengan adanya Tanah Titipan.
Untuk
ketahanan papan, banyak tersedia material seperti kayu, bambu, ijuk, batu,
pasir untuk membangun permukimannya. Polanya pun tertata dengan baik yang
mengutamakan keserasian Adat, Agama/Kepercayaan dan Negara yang diwakili oleh
Rumah Adat, Masjid dan Pendopo. Ketiga bangunan tersebut dikelilingi oleh lima
bangunan yang melambangkan dasar adat ‘Tilu Sapamulu Dua Sakarupa Nu Hiji
Eta-Eta Keneh‘, rukun Islam dan Dasar Negara Pancasila.
Dengan
komposisi penataan ruangnya, masyarakat Banten Kidul memiliki kualitas hidup
yang jauh lebih baik dibandingkan di perkotaan, dan memiliki peran yang besar
dalam konservasi lingkungan, penanggulangan bencana serta pengembangan ekonomi
rakyat.
Kearifan
Lokal Dayak
Filosofi
Dayak yang sangat terkenal terkandung dalam salam Dayak atau kata pembukaan
yang dirumuskan sejak beberapa puluh tahun yang lalu berbunyi: “Adil Ka’ Talino
Ba Curamin Ka’ Saruga Ba Sengat Ka’ Jubata”. Berikut ini penjelasan dari makana
darai filosofi Dayak tersebut.
1.Adil Ka’ Talino, adalah kata yang
mempunyai makna bahwa manusia Dayak itu harus hidup adil kepada sesama manusia.
Cinta damai dan keadilan ini tertanam pada masyarakat Dayak dalam kehidupan
didunia ini untuk mencapai kehidupan yang sempurna selama hidup. Kehidupan
manusia Dayak tidak terlepas dari golongan yang satu dengan golongan yang lain,
oleh sebab itu keadilan harus bisa dilestaraikan dan dijaga dalam setiap
manusia Dayak.
1.Bacuramin Ka’ Saruga, adalah istilah yang
digunakan masyarakat Dayak untuk menujuk kesempurnaan hidup manusia. Kata ini
mempunyai makna bahwa manusia Dayak harus hidup berpadanan dengan kehidupan
yang di atas atau hidup yang sempurna atau tertinggi yang sebagi contoh hidup
manusia Dayak.
1.Ba Sengata Ka’ Jubata, adalah hidup
manusia Dayak didasarkat atas Yang Ilahi atau Realitas Mutlak yang dipercayai
oleh manusia Dayak yang disebut Jubata. Masyarakat Dayak meyakini bahwa Jubata
yang memberikan kehidupan dan kelimpahan dalam setiap aspek kehidupan
masyarakat Dayak.
Trias
Politika
Konsep
dasarnya adalah, kekuasaan di suatu Negara tidak boleh dilimpahkan pada suatu
struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda.
Trias
Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3
lembaga berbeda: Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif.
Eksekutif
adalah lembaga yang melaksanakan undang-undang; Legislatif adalah lembaga untuk
membuat undang-undang; dan Yudikatif adalah lembaga yang mengawasi jalannya
pemerintahan dan Negara secara keseluruhan, menginterpretasikan undang-undang
jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan
manapun yang melanggar undang-undang.
3
Kriteria Utama Desain Ibu Kota Negara
1.Mencerminkan identitas bangsa
a.Desain kawasan yang mampu mewujudkan ruang kota masa depan yang
berkualitas dan berwibawa, dengan prinsip keadilan serta peradaban manusia
Indonesia sebagai orientasi konsep utama. Pencerminan identitas bangsa
diharapkan mampu menerjemahkan pilar-pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945,
Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI), secara kreatif dan inovatif, termasuk
kepedulian bangsa atas aset dunia, Hutan Tropis Nusantara;
b.Desain kawasan yang mampu menciptakan ruang budaya yang tidak hanya
fungsional namun inspirasional dan memiliki karakter yang indah, nyaman, serta
menjadi magnet bagi manusia cerdas di tingkat dunia. Desain kawasan yang dapat
secara optimal mengakomodasi ruang dan pemajuan budaya nasional dan lokal,
seperti suku bangsa Dayak.
1.Menjamin keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi
a.Desain kawasan yang mampu mewujudkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan khususnya yang terkait pembangunan perkotaan (sustainable urban
development) dalam menciptakan ruang kota yang layak huni, lestari, berbudaya,
aman, nyaman, dan berketahanan atau tanggap bencana. Desain kawasan yang dapat
mengedepankan kepentingan terutama pejalan kaki dan pesepeda, yang ditunjang
oleh penyediaan transportasi publik, sehingga tercipta ruang-ruang kota yang
inklusif, indah secara visual, serta mendorong produktivitas manusia, dan tetap
menjaga kelestarian lingkungan;
b.Desain kawasan yang secara konsisten mencerminkan karakter kearifan
lokal sebagai habitat hutan, sehingga prinsip-prinsip konsep kota rimba, yang
diantaranya dapat melalui pengaturan ketinggian bangunan harus dipertimbangkan.
Di samping itu, desain ini harus mampu menjunjung tinggi nilai-nilai yang
menyejahterakan kehidupan masyarakat lokal dan lingkungannya.
1.Mewujudkan kota yang cerdas, modern, dan berstandar internasional
a.Desain kawasan yang mampu menerapkan sistem pelayanan sarana dan
prasarana perkotaan yang berbasis teknologi informasi, komunikasi, dan rekayasa
industri yang mendukung penciptaan ruang dan bangunan, serta sarana/prasarana
publik dengan capaian berstandar internasional (premium);
b.Desain kawasan yang mampu mengakomodasikan pola penyelenggaraan negara
yang berbasiskan pada nilai-nilai demokratis, keterpaduan, yang meminimalisir
ego sektoral, serta mencerminkan tata kelola pemerintahan yang baik, seperti
transparan, responsif, akuntabel, dan profesional.
KIPP
seluas ± 2000 ha, berada di Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara,
dengan pertimbangan :
1.Lahan relatif datar, merupakan lahan
perkebunan ;
2.Akses darat, air dan udara relatif mudah
;
3.Bisa mewujudkan salah satu misi Indonesia
sebagai Negara Poros Maritim Dunia ;
4.Sudah ada jalan eksisting ;
5.Dalam RTRWP, merupakan lahan perkebunan
dan hutan produksi tetap ;
Konsep
KIPP nya mengikuti morfologi kepala, paruh burung Enggang dan bentuk Ikan Pesut
dengan bagian kepala dan matanya sebagai core dari KIPP. Ikan Pesut merupakan
kependekan dari nama kabupaten tempat Ibu Kota Negara berada, yaitu Kutai
Kertanegara dan Penajam Paser Utara. Selain itu, ikan pesut merupakan hewan
endemik Kalimantan Timur yang saat ini sudah langka dan hampir punah.
Konsep
Kawasan :
1.Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto
seluas 61.850 ha dijadikan Tanah Tutupan yang berfungsi untuk keseimbangan alam
(34%) ;
2.Lahan sekitar Tahura Bukit Soeharto
seluas 99.000 ha dijadikan Tanah Titipan yang berfungsi untuk menjaga mata air
(55%) ;
3.Lahan sekitar sebelah Barat Tahura Bukit
Soeharto Kecamatan Sepaku) seluas 19.150 ha dijadikan Tanah Olahan yang diperuntukkan sebagai KIPP, KIKN,
pertanian, perkebunan dan perikanan (11%) ;
4.Seminimal mungkin mengubah bentuk kontur,
cut and fill hanya untuk pondasi dan akses ;
5.Pohon dan tanaman tidak ditebang, yang
langka dan usia puluhan sampai ratusan tahun dipertahankan, yang biasa
dipindahkan ;
6.Dekat dengan bahan baku air dan pangan ;
7.Tidak menggusur permukiman eksisting ;
8.Aman dari bencana lingkungan seperti
banjir, tanah longsor, kebakaran, kekurangan air bersih, penyakit menular dan
lain-lain ;
9.Aman dari serangan musuh, menggunakan
benteng alam seperti parit, hutan bambu 7 lapis dan lain-lain ;
10.Aman dari bencana alam seperti tsunami,
gempa, angin puting beliung, likuifaksi (pake cerucuk bambu dan pondasi floating deck) dan lain-lain ;
11.Benteng terakhir untuk evakuasi dan
keselamatan masyarakat.
Konsep
Ring 1 KIPP luas 314 ha, radius 1 km :
1.Pembagian Zona mengikuti alur sungai,
seperti :
○Zona
A : Kantor Presiden dan Wakil Presiden, DPR dan MPR, Lapangan yang bisa
menampung 250.000 orang, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi
Yudisial.
○Zona
B : Kantor Lembaga Negara
2.Dipusat ring 1 terdapat menara bentuk
paruh burung Enggang dengan ketinggian 500 m sampai 1000 m.
3.Mobil dan Motor tidak boleh masuk,
kecuali Mobil VVIP dan emergency seperti ambulance dan pemadam kebakaran.
Aksesibilitas :
○Menggunakan
transportasi sungai dan disediakan sarana prasarana penunjangnya seperti
dermaga, perahu, bengkel, stasiun BBM dan industri galangan kapal.
○Berjalan
kaki, bersepeda, atau menggunakan scooter listrik di 2 pedestrian yang dibuat
mengikuti sempadan sungai dan melayang (di lantai 3) yang menghubungkan semua
bangunan (warna putih melingkar).
4.Sempadan sungai dibuat dengan lebar 50 m
dari bibir sungai. Dalam sempadan tersebut ada Ruang Terbuka Hijau, pedestrian
dan taman outdoor yang interaktif dan aktif ;
5.Setelah sempadan, terdapat lahan dengan
lebar 50 m dari sempadan dan berfungsi untuk utilitas, ipal, sistem memanen air
hujan, plaza, ruang outdoor dan taman ;
Konsep
Ring 1 KIPP luas 314 ha, radius 1 km :
6.Konsep
Bangunan Perkantoran
○Bangunan
maksimal 4 lantai, sistem panggung.
○Material
utama untuk Struktur, Arsitektur, Interior, Eksterior dan Furniture
dari Strand
Woven Bamboo
dan Material Alam yang Sustainable
dan Hightech;
○Ventilasi
Silang, Penghawaan Alami dan Pencahayaan Alami ;
○Sistem
Panggung / Pilotis, tidak ada Lantai Dasar ;
○Konstruksi
Sistem Bongkar Pasang ;
○Bisa
di Akses oleh Semua Orang ;
○Ada
Buku Pedoman ;
○Ada
Sistem Proteksi Kebakaran, Aktif dan Pasif ;
○Utilitas
di dalam Tanah ;
○Ada
Ruang Terbuka Hijau dan Taman di dalam..
Konsep
Bangunan Perumahan dan Permukiman
1.Bangunan
maksimal 4 lantai ;
2.Material
utama untuk Struktur, Arsitektur, Interior, Eksterior dan Furniture
dari Strand
Woven Bamboo
dan Material Alam yang Sustainable
dan Hightech
;
3.Ventilasi
Silang ;
4.Penghawaan
Alami ;
5.Pencahayaan
Alami ;
6.Sistem
Panggung / Pilotis, tidak ada Lantai Dasar ;
7.Konstruksi
Sistem Bongkar Pasang ;
8.Bisa
di Akses oleh Semua Orang ;
9.Ada
Sistem Memanen Air Hujan ;
10.Ada
Tempat Pengelolaan Sampah ;
11.Ada
Tempat Pengolahan Limbah ;
12.Sumber
Listrik dari Biomass, Gas, PLTS dan PLTSa ;
13.Sumber
Air Bersih dari Air Hujan, Hutan Bambu, Air Sungai dan Air Laut ;
14.Ada
Buku Pedoman ;
15.Ada
Sistem Proteksi Kebakaran, Aktif dan Pasif ;
16.Utilitas
di dalam Tanah ;
17.Ada
Ruang Terbuka Hijau ;
18.Ada
Rumpun Bambu ;
19.Ada
Tanaman Obat-Obatan ;
20.Ada
Hidroponik ;
21.Ada
Kolam Ikan.
Comments