Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan
Pemanasan
Global telah menjadi isu yang sudah menjadi perhatian seluruh dunia dan juga
merupakan salah satu ancaman peradaban manusia. Berkurangnya persediaan pangan,
kesehatan memburuk, menipisnya persediaan air, kerusakan ozon, rusaknya
ekosistem laut, deforestasi hutan, rusaknya ekosistem air tawar, pengasaman
laut, pelepasan metana dan karbondioksida, angin topan, banjir, longsor,
kekeringan, kebakaran dan gelombang panas yang terjadi akhir-akhir ini adalah
indikasi ketidakseimbangan alam / lingkungan.
Bencana
banjir, pencemaran, dan tidak terkendalinya pemanfaatan ruang di sepanjang
sungai merupakan kejadian yang sering dialami oleh masyarakat di wilayah hilir
Cisadane dan berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat. Kualitas hidup,
dan kelayakan huni (livability) Kota
Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, semakin hari kian menurun dengan semakin
menyusutnya ruang terbuka hijau (RTH) akibat konversi besar-besaran menjadi
bangunan beton.
Berdasarkan Perda RTRW No 15 Tahun 2011, ditetapkan bahwa
RTH Hutan Kota di Tangerang Selatan berada di Kecamatan Setu serta ditetapkannya
rencana pengembangan wisata alam dan rekreasi yang diarahkan di Sungai
Cisadane, Situ Gintung, Situ Pondok Jagung, dan hutan kota Setu.
Dalam usaha mengatasi kondisi kerusakan lingkungan akibat
perubahan iklim dan menindaklanjuti rencana pengembangan Hutan Kota, Wisata
Alam dan Rekreasi Cisadane dari Perda RTRW, maka melalui kegiatan ini akan
dimanfaatkan tanaman bambu. Beberapa keunggulan dari pemberdayaan tanaman bambu
yaitu :
-
Kecepatan tumbuhnya 12”-36” per hari.
-
Bisa menghindari dan menahan erosi.
-
Memperbaiki kandungan air tanah.
-
Produksi biomassa bambu juga lebih baik
dibanding kayu, yaitu 7x lebih banyak dari pada pohon lainnya, bertambah 10-3-%
per tahun dibanding 2-5% pertahun untuk pohon lainnya, memproduksi antara
50-100 ton per Ha dan terbagi atas 60-70% batang, 10-15% ranting,, 15-20%
daun-daunan. (Liese, 1985).
-
Hutan bambu mampu meningkatkan penyerapan air
ke dalam tanah hingga 240%.
-
Meningkatkan muka air tanah 6,3 meter hanya
dalam 4 tahun.
-
Mencegah bahaya tanah longsor, dapat menyerap
CO2 62 ton/Ha/Thn, melepaskan oksigen sebagai hasil foto sintesis 355 lebih
banyak dari pohon yang lain (Koichi Ueda).
Daftar Merah International
Reunion for Conservation of Nature an Natural Resourches (IUCN) menyebutkan
bahwa tanaman bambu di seluruh dunia hanya tinggal 2000 km2 saja, oleh karena
itu dengan adanya proyek ini bisa menjadi salah satu upaya dalam penambahan
lahan tumbuh untuk tanaman bambu dan sekaligus dalam rangka penghijauan.
Comments