Sistem Memanen Air Hujan (SMAH) bisa jadi Solusi Paling Efektif untuk Menanggulangi Banjir



Awal tahun baru 2020 dibuka dengan bencana lingkungan seperti banjir bandang, banjir dan tanah longsor dibeberapa daerah yaitu Jabodetabek dan Lebak. Ini adalah bencana yang diakibatkan keserakahan manusia dan salah urus tata kota para pemimpinnya.

Benteng-benteng alam seperti bukit, gunung dan hutan yang berada di hulu, habis dieksploitasi tanah, batu dan pepohonannya. Akibatnya, pada saat turun hujan, tidak adalagi yang bisa menahan air hujan. Semuanya mengalir ke bawah dan menjadi genangan jika melalui cekungan. Sedangkan di hilir, sungai dan danaunya mengalami pendangkalan dan perkerasan sehingga air hujan sulit meresap di dalam tanah. Jadilah banjir, bahkan banjir bandang! Sangat mengerikan!

Solusinya, adalah buat SMAH di hulu dan di hilir. Prinsip kerjanya adalah, air hujan pada saat jatuh ke tanah, akan menjadi air permukaan yang secara alami mengalir ke tempat yang lebih rendah. Oleh karena itu di daerah yang lebih rendah tersebut ditanam watertank untuk menampung air permukaan. Besar dan jumlahnya disesuaikan dengan intensitas hujan di kawasan tersebut.
SMAH dipasang di pekarangan rumah, halaman gedung, samping saluran, median jalan dan taman atau ruang terbuka hijau. Supaya lebih handal, SMAH ini bisa dikombinasikan dengan sumur resapan dan penanaman bambu. Jadi, pada saat watertank penuh, airnya bisa dialirkan ke sumur resapan yang nantinya akan disimpan oleh batang bambu melalui akar serabutnya.

Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Legenda Desa Gunung Malang

Tanah-Tanah Strategis di Kota Serang