The Toba Caldera Geopark
Geopark Kaldera Toba adalah kawasan kawah gunung api
yang terjadi karena peristiwa letusan gunung api yang sangat dahsyat. Kaldera
Toba terletak pada koordinat (2.88 N - 98.5 2 E dan 2.35 N - 99.1 E) merupakan
kaldera terbesar di dunia yang terbentuk pada Zaman Kuarter dalam kurun waktu
1.2 juta tahun yang lalu. Danau Toba merupakan hasil letusan Supervòlcano yang
terjadi pada 74.000 tahun yang lalu. Akibat dari letusan tersebut terjadi kawah
besar dan terus menerus diisi air sehingga menjadi danau.
The Toba Caldera Geopark and its
volcanic landscape occured after a massive volcanic eruption. The Toba Caldera
is situated at the coordinates 2.88 N - 98.5 2 E dan 2.35 N - 99.1 E. It is the biggest caldera in the world
and was formed from the quarter age in a time frame of 1,2 million years. Danau
Toba is the result of the eruption of a Supervolcano that happened 74.000 years
ago. The huge crater filled slowly with water and became a lake.
Kawasan hasil dampak dari letusan
supervolcano Toba menyisakan bentang alam yang khas dan sangat indah, di mana
didiami penduduk Suku Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo dan Pakpak.
Dalam situs warisan alam di kawasan geopark kaldera toba terdapat kekayaan
flora dan fauna di mana masyarakat Batak yang mendiami kawasan di tepian danau
di lahan hasil letusan Gunung Toba Supervolcano dimanfaatkan bagi masyarakat
Batak untuk kegiatan pertanian yaitu bercocok tanam padi, kopi, bawang, mangga,
jeruk, terong Belanda, kemenyan, andaliman dengan fauna seperti harimau
Sumatera, ihan Batak, kambing putih dan lainnya yang mewariskan tradisi yang
menjadikan kebudayaan dan adat istiadat masyarakat batak sehingga menghasilkan
kearifan lokal yang berkembang hingga saat ini.
This supervolcanic eruption left a very
unique landscape around and inside the caldera walls. The local Batak people
differ from Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo to PakPak. The Toba
Caldera has a rich natural heritage of flora and fauna. The Batak people use
the rich volcanic soil, by the side of the lake formed by the volcanic
eruption, for agriculture such as rice, coffee, shalots, mangos, oranges,
tamarìllos incents and batak pepper. Local fauna are the Sumatran Tiger, Batak
Fish, white goats and others. The natural heritage result in the local traditions
and culture that are practised until today. This culture supports local wisdom
and handicrafts.
Ulos di Batak Toba dan Pakpak, Uis di
Batak Karo, Hiou di Batak Simalungun dengan pewarnaan yang unik di
dominasi oleh warna merah putih dan hitam merupakan pewarnaan yang diambil dari
tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar jejak letusan gunung api supervolcano. Kain
ini juga digunakan untuk seni tari Tor-tor Batak Toba, Merdang Merdem Batak
Karo, Huda-Huda Batak Simalungun.
Local cloths like "Ulos" for Batak
Toba and Pakpak, "Uis" for the Batak Karo, "Hiou" for the
Batak Simalungun are coloured mostly in white red and black. The plants for the
natural colours grow on the slopes of the Supervolcano. These cloths are also
used for Batak Dances like Batak Toba, Merdang Merdem Batak Karo, Huda-Huda
Batak Simalungun.
Peristiwa letusan gunung api yang maha
dahsyat tersebut telah mempengaruhi kehidupan masyarakat sekitar kawasan dari
aspek sosial budaya dan ekonomi dan keanekaragaman hayati. Rumah adat suku
Batak yang sangat unik dibuat tanpa menggunakan pasa, tidak menggunakan paku
tetapi menggunakan rotan. Mengingat daerah tersebut terletak pada "ring of
fire", dengan banyak aktivitas vulkanik, arsitektur ini membuat
rumah-rumah aman saat terjadinya gempa.
The eruption of the massive volcano had
on influence on the life of the local people from the social - cultural aspect,
economy as well as the local biodiversity. The Batak houses are built without
nails, but tied with rattan. Considering the area is located on the "ring
of fire", with lots of volcanic activity this architecture makes the
houses earthquake safe.
Comments