Review Desa Wisata Tomok Samosir


Horas!!!

Samosir Negeri Indah Kepingan Surga, itulah tulisan yang terlihat di sebuah kaos yang dikenakan oleh salah seorang pejabat di Desa Tomok pada saat kunjungan peserta Kampanye Edukasi Publik Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan yang di gagas Direktorat PBL Dirjen Cipta Karya Kemenpupera. Saya, sebagai salah satu pesertanya merasa bersemangat sekali untuk mengeksplore Desa Tomok yang baru pertama kali dikunjungi, apalagi dari Tempat Penyambutan Tamu sudah terlihat rumpun-rumpun bambunya.


Perjalanan ini dimulai dari Kota Medan menggunakan Bus menuju Parapat dengan waktu tempuh sekitar 5 jam. Lumayan menghemat waktu 1.5 jam sejak adanya akses jalan tol. Perjalanan dengan Bus ini jadi menyenangkan karena selama perjalanan, kita bisa melihat bentang alam dataran rendah sampai dengan dataran tinggi. Dari mulai suasanan kota sampai suasana kampung. Ada lahan perkebunan sawit, lahan persawahan dan ada juga hutan tropis. Dalam perjalanan 5 jam ini, sangat dibutuhkan tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai rest area yang aman dan nyaman serta terintegrasi sebagai pusat informasi wisata.





Sampai di Parapat, yang merupakan wilayah pelabuhan untuk penyebrangan ke Pulau Samosir, rombongan yang berjumlah 6 bus ini sempat kesulitan untuk memarkir Bus nya dikarenakan belum tersedianya tempat parkir yang aman dan nyaman. Perlu juga disiapkan ruang transisi dari tempat turunnya wisatawan sampai naik ke kapal yang menyebrang ke Pulau Samosir. Ruang transisi yang aman dan nyaman ini meliputi fasilitas toilet, ibadah, laktasi, kios dan ruang tunggu. Aktivitas yang menarik di Pelabuhan Parapat ini adalah jualan ibu-ibu seperti kacang dan ikan tawar asin, anak-anak yang meminta uang koin di lempar ke danau dan nyanyian anak muda lagu batak. Hanya butuh dikemas dengan lebih menarik lagi, seperti bungkus kacang atau ikannya memakai daun, jangan plastik, disediakan penukaran koin untuk di lempar ke danau dan yang menyanyi memakai salah satu kostum atau aksesoris khas batak. Dan, yang lebih penting lagi, di dalam kapal tersebut tersedia peralatan untuk safety seperti pelampung dan sekoci atau ban dalam mobil.



Selama 45 menit perjalanan dari Parapat ke Tomok yang diiringi nyanyian Tanah Batak, kami disambut oleh dermaga pantai. Sebagai gerbangnya adalah sebuah ruang penerima yang ada plank nama, peta wisata, papan informasi, nama perusahaan dan pedagang. Lalu memasuki sebuah lorong, di kanan kirinya para pedagang yang memanggil-manggil menawarkan dagangannya. Melintas jalan utama Tomok dan memasuki gerbang pusat Desa Tomok, disambut kembali oleh lorong pedagang yang kembali menawarkan dagangannya. Sampailah di area pelataran desadengan diiring-iringi tarian lokal anak-anak desa. Di sinilah kami disambut dan diceritakan mengenai kearifan lokal Batak Toba. Fasilitas penerima di dermaga Desa Tomok akan lebih sempurna jika berbentuk promenade. Ada dermaga yang aman dan nyaman untuk dijadikan tempat selfie dan welfie berikut signage, papan informasi, plank nama dan ruang untuk iklan. Sebaiknya tidak ada pedagang di area dermaga dan akses menuju Pelataran Desa, Makam dan Museum Batak Toba. Biasanya, wisatawan itu ingin menikmati budaya dan lansekap kawasan yang alami sebagai sebuah peradaban yang khas dan tidak dimiliki di tempat lain. Apalagi pada saat datang dan menginjakkan kakinya untuk pertama kali. Jadi, wisatawan itu tidak akan membeli souvenir, tapi menikmati dulu peradabannya. Pedagang pedagang tersebut harus ditata ulang di zona komersil yang terintegrasi dengan zona kuliner.


Desa Tomok, menjadi desa wisata yang sangat menarik dan punya nilai jual tinggi karena adanya Peradaban Batak Toba. Ada rumah adat nya yang memiliki filosofi yang sangat dalam sekali. Ada artefak-artefak budaya cara hidup yang serasi, selaras dan seimbang dengan alam yang disimpan dalam Museum Batak Toba. Flora Fauna juga sangat beragam sebagai bukti sebuah NegeriIndah Kepingan Surga hasil letusan gunung Toba Purba, sehingga sangat pantas jika Danau Toba ini dijadikan sebagai Kawasan Geopark Kelas Dunia. Oleh karena itu, seharusnya pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarananya tidak boleh merusak keseimbangan, keserasian dan keselarasan dengan alam. Jangan lagi ada pohon-pohon eksisting yang ditebang, apalagi merupakan pohon yang usianya puluhan bahkan ratusan tahun. Materialnya pun diusahakan jangan mendatangkan material dari luar, seperti keramik bisa digantikan dengan batu alam, kayu-kayu bisa digantikan dengan bambu yang sudah dijadikan kayu, atap jangan menggunakan bahan Logan dan bisa digantikan dengan ijuk, kirey, alang-alang atau daun kelapa. Di zona inti Desa Wisata, sebaiknya tidak ada kendaraan bermotor, apalagi sampai ada parkir di pedestrian. Untuk penanganan sampahnya, saat ini masih ditumpuk di TPS dan dibakar. Harusnya ada pengolahan sampahnya seperti dijadikan ecobricks untuk sampah plastik dan organiknya dijadikan makanan untuk ulat lalat Black Soldier Fly. Sebagai penutup dari review ini adalah, dibuatkan buku saku yang berisi pedoman gaya hidup ramah lingkungan untuk turis yang datang ke Desa Tomok. Jika ini semuanya dilakukan, tagline Samosir sebagaiNegeri Indah Kepingan Surga benar-benar ada







Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Legenda Desa Gunung Malang

Tanah-Tanah Strategis di Kota Serang