Review Desa Wisata Tomok Samosir
Samosir Negeri Indah Kepingan Surga, itulah tulisan yang terlihat di sebuah
kaos yang dikenakan oleh salah seorang pejabat di Desa Tomok pada saat
kunjungan peserta Kampanye Edukasi Publik Bidang Penataan Bangunan dan
Lingkungan yang di gagas Direktorat PBL Dirjen Cipta Karya Kemenpupera. Saya,
sebagai salah satu pesertanya merasa bersemangat sekali untuk mengeksplore Desa
Tomok yang baru pertama kali dikunjungi, apalagi dari Tempat Penyambutan Tamu
sudah terlihat rumpun-rumpun bambunya.
Perjalanan ini dimulai dari Kota Medan menggunakan Bus menuju Parapat
dengan waktu tempuh sekitar 5 jam. Lumayan menghemat waktu 1.5 jam sejak adanya
akses jalan tol. Perjalanan dengan Bus ini jadi menyenangkan karena selama
perjalanan, kita bisa melihat bentang alam dataran rendah sampai dengan dataran
tinggi. Dari mulai suasanan kota sampai suasana kampung. Ada lahan perkebunan
sawit, lahan persawahan dan ada juga hutan tropis. Dalam perjalanan 5 jam ini,
sangat dibutuhkan tempat-tempat yang bisa dijadikan sebagai rest area yang aman
dan nyaman serta terintegrasi sebagai pusat informasi wisata.
Sampai di Parapat, yang merupakan wilayah pelabuhan untuk penyebrangan ke
Pulau Samosir, rombongan yang berjumlah 6 bus ini sempat kesulitan untuk
memarkir Bus nya dikarenakan belum tersedianya tempat parkir yang aman dan
nyaman. Perlu juga disiapkan ruang transisi dari tempat turunnya wisatawan
sampai naik ke kapal yang menyebrang ke Pulau Samosir. Ruang transisi yang aman
dan nyaman ini meliputi fasilitas toilet, ibadah, laktasi, kios dan ruang
tunggu. Aktivitas yang menarik di Pelabuhan Parapat ini adalah jualan ibu-ibu
seperti kacang dan ikan tawar asin, anak-anak yang meminta uang koin di lempar
ke danau dan nyanyian anak muda lagu batak. Hanya butuh dikemas dengan lebih
menarik lagi, seperti bungkus kacang atau ikannya memakai daun, jangan plastik,
disediakan penukaran koin untuk di lempar ke danau dan yang menyanyi memakai
salah satu kostum atau aksesoris khas batak. Dan, yang lebih penting lagi, di
dalam kapal tersebut tersedia peralatan untuk safety seperti pelampung dan
sekoci atau ban dalam mobil.
Selama 45 menit perjalanan dari Parapat ke Tomok yang diiringi nyanyian
Tanah Batak, kami disambut oleh dermaga pantai. Sebagai gerbangnya adalah
sebuah ruang penerima yang ada plank nama, peta wisata, papan informasi, nama
perusahaan dan pedagang. Lalu memasuki sebuah lorong, di kanan kirinya para
pedagang yang memanggil-manggil menawarkan dagangannya. Melintas jalan utama
Tomok dan memasuki gerbang pusat Desa Tomok, disambut kembali oleh lorong
pedagang yang kembali menawarkan dagangannya. Sampailah di area pelataran desadengan diiring-iringi tarian lokal anak-anak desa. Di sinilah kami disambut dan
diceritakan mengenai kearifan lokal Batak Toba. Fasilitas penerima di dermaga
Desa Tomok akan lebih sempurna jika berbentuk promenade. Ada dermaga yang aman
dan nyaman untuk dijadikan tempat selfie dan welfie berikut signage, papan
informasi, plank nama dan ruang untuk iklan. Sebaiknya tidak ada pedagang di
area dermaga dan akses menuju Pelataran Desa, Makam dan Museum Batak Toba.
Biasanya, wisatawan itu ingin menikmati budaya dan lansekap kawasan yang alami
sebagai sebuah peradaban yang khas dan tidak dimiliki di tempat lain. Apalagi
pada saat datang dan menginjakkan kakinya untuk pertama kali. Jadi, wisatawan
itu tidak akan membeli souvenir, tapi menikmati dulu peradabannya. Pedagang
pedagang tersebut harus ditata ulang di zona komersil yang terintegrasi dengan
zona kuliner.
Desa Tomok, menjadi desa wisata yang sangat menarik
dan punya nilai jual tinggi karena adanya Peradaban Batak Toba. Ada rumah adat
nya yang memiliki filosofi yang sangat dalam sekali. Ada artefak-artefak budaya
cara hidup yang serasi, selaras dan seimbang dengan alam yang disimpan dalam
Museum Batak Toba. Flora Fauna juga sangat beragam sebagai bukti sebuah NegeriIndah Kepingan Surga hasil letusan gunung Toba Purba, sehingga sangat pantas
jika Danau Toba ini dijadikan sebagai Kawasan Geopark Kelas Dunia. Oleh karena
itu, seharusnya pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarananya tidak boleh
merusak keseimbangan, keserasian dan keselarasan dengan alam. Jangan lagi ada
pohon-pohon eksisting yang ditebang, apalagi merupakan pohon yang usianya
puluhan bahkan ratusan tahun. Materialnya pun diusahakan jangan mendatangkan material
dari luar, seperti keramik bisa digantikan dengan batu alam, kayu-kayu bisa
digantikan dengan bambu yang sudah dijadikan kayu, atap jangan menggunakan
bahan Logan dan bisa digantikan dengan ijuk, kirey, alang-alang atau daun
kelapa. Di zona inti Desa Wisata, sebaiknya tidak ada kendaraan bermotor,
apalagi sampai ada parkir di pedestrian. Untuk penanganan sampahnya, saat ini
masih ditumpuk di TPS dan dibakar. Harusnya ada pengolahan sampahnya seperti
dijadikan ecobricks untuk sampah plastik dan organiknya dijadikan makanan untuk
ulat lalat Black Soldier Fly. Sebagai penutup dari review ini adalah, dibuatkan
buku saku yang berisi pedoman gaya hidup ramah lingkungan untuk turis yang
datang ke Desa Tomok. Jika ini semuanya dilakukan, tagline Samosir sebagaiNegeri Indah Kepingan Surga benar-benar ada
Comments