Surga Bambu Bunaken


Mendengar kata Bunaken, pasti yang terbayang adalah keindahan taman dalam lautnya. Sampai kita datang pun, tour guide nya terus meyakinkan saya untuk snorkeling atau diving. Percuma pak kalo ke Bunaken tidak melihat Taman Laut katanya dengan memaksa. Untuk snorkeling biayanya Rp. 150.000/orang, sedangkan untuk diving, bagi yang sudah punya sertifikat biayanya Rp. 750.000/orang, sedangkan yang belum punya, biayanya Rp. 1.000.000/orang. Wah menurut saya mahal dan tidak ramah lingkungan. Saya lebih memilih berburu bambu saja menggunakan aplikasi bambunusa. Kegiatan ini lebih menyehatkan dan ramah lingkungan karena jalan kaki dan menggunakan smartphone yang ada aplikasi bambunusa (bisa di install di play store dengan type android di bawah 7).



Setelah naik tangga batu pertama, langsung terlihat rumpun bambu ampel hijau. Ada dua rumpun dan tidak terawat dengan baik. Namun lengkungan dan susunan acak batang-batangnya membentuk lorong alami yang eksotik sekali. Lanjut naik tangga berikutnya, saat sampai di atas pulau, jalan kampungnya sudah di paving block, jadi terpaksa harus pakai sepatu biar tidak panas, dan aman karena harus masuk ke dalam hutan.
Perburuan bambu ini dimulai dari sebelah kiri jalan kampung. Sepanjang jalan kampung ini, ternyata banyak juga rumpun bambunya, namun masih dalam jenis yang sama seperti di pinggir tangga batu tadi. Setelah itu baru ada jenis betung dan jenis seperti ater atau mayan,namun batangnya kecil, diameternya hanya 5 cm, ruasnya stabil dan buku-bukunyaberwarna kuning gading yang kontras sekali dengan warna batangnya yang hijau. Persis seperti bambu guadua yang batangnya lurus. Di area tersebut, semuanya rumpun bambu yang sama
Mungkin di dalam hutannya ada jenis yang berbeda. Jadilah saya lebih memilih mengikuti jalan setapak dibanding jalan kampung tadi. Ada juga rumpun bambu ampel hijau yang diameter rumpunnya sekitar 10 m. Sepertinya jarang ditebang dan dibiarkan saja sampai tua, bahkan saat saya dekati rumpunnya, ada biawak yang jatuh dan lari. Memang bambu ini sangat nyaman buat tinggal berbagai makhluk, dari yang halus sampai yang kasar. Karena di rumpun bambu oksigennya banyak sekali dan airnya juga bersih melimpah. Makanya saya heran pada saat menanyakan ada mata air atau air bersih tidak di Bunaken ini, di jawab sama tour guide dan penjual jasa tidak ada, di sini airnya payau, untuk memenuhi kebutuhan air nya, mereka membeli dari pulau sebelah. Saya jelaskan ke Andre, sopir travel, yang menemani saya jelajah pulau berburu bambu, bahwa dengan banyaknya rumpun bambu di pulau ini, berarti air bersih pun melimpah. Ada di batangnya dan di bawah rumpun bambu, bisa di bor atau dengan membuat sumur.
Ini aseknya jelajah pulau, ketemu dengan celeng atau babi hutan, ada yang besar, ada juga anaknya yang masih kecil berwarna hitam dan pink, lucu dan menggemaskan.
Selain itu, bunyi burung hutan pun hampir diseluruh perjalanan mengiringi langkah saya menjelajah pulau. Hanya suara knalpot motor dan genset yang sedikit mengganggu. Lalu, bambu bambu di sini pun belum optimal pemanfaatannya. Baru sebatas untuk pagar, dinding dan alat bantu permainan. Jadi masih sederhana sekali pemanfaatan dan teknologinya.
Selama hampir 3 jam saya jelajah kampung dan mendokumentasikan bambu-bambu yang ada di Pulau Bunaken. Inginnya sih terus menjelajah, hanya sudah ditunggu oleh Tim untuk makan siang dan kembali ke Kota Manado.





Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Legenda Desa Gunung Malang

Tanah-Tanah Strategis di Kota Serang