Bandung dan Jejak Para MantanKu



Setiap ke Bandung, Aing selalu punya rasa yang tidak pernah hilang. Ceuk Aing, Bandung itu bukan hanya sebuah Kota Paris Van Java ceunah, tapi sebuah cerita yang tidak pernah selesai.

Cerita itu dimulai ketika Aing dipindahkan ke Bandung dari Serang Banten. Masih kecil sekali untuk ukuran anak kost, masih kelas  satu SMP. Biasanya anak kost itu kalau sudah mulai kuliah, atau paling banter anak SMA.
"Klemen kite dipindahaken yah..." Gerutu Aing dalam Bahasa Jawa Serang.
"Supaya jadi orang! Tidak seperti kakak-kakak mu yang lain..." Kata Kakak laki-laki tertua Aing.

Oiya, Aing itu anak ke delapan dari 9 bersaudara yang masih hidup saat itu. Anak pertama perempuan, yang kedua sampai ke sembilan semuanya laki-laki. Kebayangkan ramenya keluarga Aing. Hampir semuanya berjarak 2 tahun, kecuali Aing jeung Adi, berjarak 4 tahun. Makanya dulu dikira anak bungsu, karena biasanya selang 2 tahun sudah lahir lagi anak berikutnya. Jadilah Aing anak pengais bungsu.

"..klemen yah Kakang-Kakang kite kuwen, enje pade bae sekole kabeh, dobel maning, subuh sekole umum, awan sekole agame, bengine ngaji..
(Kenapa yah Kakak-Kakak Saya itu disebut belum jadi orang, kan sama saja sekolah semua, dua kali lagi, pagi sekolah umum, siang sekolah agama, malam ngaji..)" Batin Aing merasa bingung dengan alasan Kakak tertua memindahkan Aing di Bandung.

Baca juga :

Saat itu, tahun 1990, Aing lagi bahagia-bahagianya sebagai anak sekolah. Meskipun Serang adalah sebuah kabupaten kecil yang masuk Provinsi Jawa Barat. Aing satu-satunya yang bisa masuk SMP paling favorit di Serang dari sebuah SD kampung. Aing juga ikut Pramuka dengan nama regunya Cecodot (Kelelawar). Aing juga simpatisan Genk Sekolah yang bernama Alphabet. Itu saat pagi sampai siang, Aing mengayuh sepeda BMX dari rumah di Kampung Kebaharan sampai sekolah di Ciceri. Alhamdulillah siang sampai sore, Aing sekolah agama yang letaknya tidak jauh dari rumah, hanya jalan kaki saja. Di sela-sela sekolah agama, Aing sempatkan untuk bermain dengan teman-teman sekolah. Main sepak bola, bebentengan, hujan angin, gatrik, kasti, gobag sodor dan permainan tradisional lainnya.  Malamnya belajar ngaji, lanjut main lagi di kampung dan ditutup pulang ke rumah dan tidur. Itulah kebahagiaan Aing hidup di Kampung, sekolah dobel, ngaji dan main.

Baca juga : 

Spirit Of Banten : Edisi Ramadhan, Masa Kecilku di Serang bagian 1


Kebahagiaan itulah yang hilang tatkala Aing jadi pindah ke Bandung. Malam itu, sekitar jam 10 an, Aing dan Saudara yang kuliah di Bandung, naik bus tujuan Bandung di terminal Ciceri. Inilah malam yang tidak pernah dilupakan, sabtu malam minggu, naik bus Kramat Djati, Serang Bandung. Jarak tempuh paling lancar 8 jam melalui jalan lama Serang Jakarta, lewat jalur Puncak Bogor, Cianjur, Padalarang dan sampailah di terminal Kalapa Bandung.

Pagi ini, Bandung dingin sekali udaranya, beda dengan Serang yang panas. Pertama kali menginjakkan kaki di Ibu Kota Provinsi Jawa Barat.

"..Dago Dago Dago...."
"..Ledeng Ledeng Ledeng..."
"..Caheum Caheum Caheum.."
....................
Itulah sambutan pertama ketika kaki ini turun dari bus di terminal Kalapa. Dengan Bahasa Sunda khasnya, para calo itu mengajak para penumpang yang turun dari bus. Kami memilih mobil jurusan Dago, di Bandung disebutnya Angkot, singkatan dari angkutan perkotaan. Warnanya dominant hijau dengan strip bagian bawahnya berwarna merah kecoklatan dengan nomor 03. Kami berhenti di perempatan jalan Sulanjana. Lalu berjalan kaki menuju Pasar Balubur, masuk ke gang-gang sempit dan sampailah di Pavilion kecil. Itulah rumah kost Kami yang terdiri dari 1 ruang tamu, 1 kamar tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Kecil sekali yah, apalagi kita bertiga.

"..nah ruang tamu ini bisa dijadikan tempat tidur kalau malam, mumu (panggilan kecil Aing di rumah) tidur di sini bersama Kang Ade..." Kata Kang Fuad menjelaskan kepada Aing mengenai tempat kostnya ini.
"..yuk sekien mangan dipit yah, ane sekul kuning kuh sing biase jualan ning samping arep umah...
(..yuk sekarang sarapan dulu yah, ada nasi kuning yang biasa jualan di samping depan rumah...)".

Sejak saat itulah, Aing jadi anak kost paling cilik di Indonesia. Memulai kehidupan baru di Bandung yang dingin dan syahdu jauh dari orang tua. Meninggalkan semua kebahagiaan anak kampung yang masih doyan main layangan di sawah, mandi di kali dan ngumpet di kolong ranjang jika sedang kena marah Abah.

Senin pagi, Aing diantar ke SMP 5. Katanya SMP paling bagus di Bandung bahkan Indonesia. Jalur sutera itu mulainya dari SMP ini. Setelah itu SMA 3, kemudian lanjut ke ITB. Nah sudah lengkaplah apa yang disebut Kakak Tertua " Jadi Orang!".

Saat Aing masuk gerbang SMP nya, nampak Bangunan tua yang angker dan mistik. Di sampingnya ada lapangan basket yang selalu dijadikan titik point bermain dan kumpul sesama anak sekolah.


"..Menakutkan sekali dan berwibawa..." Gumam Aing begitu masuk ke dalam lobby sekolahnya.
"Selamat yah! Mudah-mudahan bisa bersaing dengan teman-teman yang sudah duluan ada di SMP 5.." Kata Kepala sekolah yang menerima kami di ruangannya.

Kemudian, Aing diantar ke kelas sama Wali Kelas. Ruang kelas nya ada di lantai dua gedung tengah, kelas 2D. Aing masuk kelas saat pelajaran agama. Setelah perkenalan singkat, Aing duduk di barisan paling depan. Resmilah Aing sekolah di Kota Besar euy!

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Banyak cerita seru dan konyol selama Aing sekolah di SMP 5 Bandung.

Cerita pertama, masalah bahasa, di sini sehari-harinya memakai Bahasa Sunda halus pisan. Komoh deui Sunda Halus, Sunda Kasar saja Aing blepotan. Karena sehari-hari di Serang memakainya Bahasa Jawa Serang atau biasa disingkat Jaseng. Meskipun memakai Bahasa Sunda Halus, teman-teman sekolah sering berkata 'anying' dibanding 'astagfirullah'. Jadi dalam satu kalimat obrolan itu kata 'anying' nya lebih banyak.
"..anying maneh, urang anying kitu anying ka Aing, anyinglah teu diwaro anying..." Begitulah kira-kira perbandingan banyaknya kata 'anying' dalam satu kalimat obrolan.

Nah, pernah.....................

Bersambung......

Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Kisah Gantarawang dan Abah Manta Sang Kuncen Terakhir

Asal Usul Jalan Kiyai Haji Sulaiman di Kota Serang Banten