Penerapan Pondasi Konstruksi Sarang Laba-Laba (KSLL) pada Pembangunan Masjid Agung Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B)

Masjid Agung KP3B dibangun di atas lahan seluas 2,8 Ha. Luas bangunannya mencapai 13.000 m2 terdiri dari lantai basement dan lantai dasar yang masing-masing luasnya 5500 m2 dan lantai mezanin 1500 m2. Di luarnya dibangun menara 4 buah dengan ketinggian mencapai 46 m.

Metode kontruksinya sama seperti kontruksi bangunan gedung pada umumnya dengan memakai pondasi Kontruksi Sarang Laba-Laba (KSLL). Hal yang menarik yang sedang berjalan dari kontruksi Masjid tersebut adalah pada waktu memulai pondasi KSLL.

Sebetulnya pondasi KSLL merupakan inovasi hasil karya anak bangsa yang sudah menjadi hak paten dan mendapat penghargaan Karya Kontruksi Indonesia 2007 oleh Departemen Pekerjaan Umum.

Pondasi KSLL ini, merupakan pilihan yang tepat untuk menjadi salah satu metode kontruksi bagi pembangunan Masjid Agung KP3B, mengingat Masjid Agung KP3B akan digunakan sebagai sarana MTQ Nasional XXII di Provinsi Banten tanggal 17-24 Juni 2008 sedangkan kontruksinya dimulai di akhir Januari 2008.

Prinsip kerjanya sangat sederhana karena dalam pelaksanaannya tidak menggunakan alat-alat berat dan tidak mengganggu lingkungan, KSLL mampu memaksa tanah untuk berfungsi sebagai struktur, memerlukan waktu yang singkat karena memakai sistem ban berjalan dan padat karya yang sederhana dan tidak menuntut keahlian yang tinggi.

Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala, yang bila dikerjakan secara normatif (tanpa ada inovasi di lapangan) maka target yang ingin dicapai tidak akan terpenuhi. Curah hujan yang begitu tinggi merupakan kendala yang paling utama karena menyangkut kinerja di lapangan seperti kondisi tempat KSLL menjadi becek yang mengakibatkan mobilitas kerja terhambat, tanah dan pasir yang merupakan bagian dari struktur KSLL menjadi lunak dan sulit untuk dipadatkan sehingga uji kepadatannya membutuhkan waktu pengeringan.

Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target adalah 1,5 bulan, sehingga di lapangan dilakukan percepatan kontruksi dengan cara :

1. Menambahkan ”base course” pada lahan kerja pondasi KSLL sehingga mobilitas kerja tidak terhambat.

2. Mengganti sebagian material tanah yang merupakan bagian dari struktur dengan ”base course” atau sirtu, sehingga pemadatannya lebih mudah.

3. Sistem buka tutup pada waktu pengambilan tanah dan pemadatannya.

4. Memakai pawang hujan sebagai antisipasi mengurangi curah hujan.

Percepatan kontruksi yang dipilih sangat sederhana, namun dampaknya sangat besar sehingga target yang dicapai bisa dipenuhi.

Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Legenda Desa Gunung Malang

Tanah-Tanah Strategis di Kota Serang