WAJAH KOTA TANPA IDENTITAS
Dipublish pada acara "Sosialisasi dan Lokakarya Pusat
Informasi Bangunan (PIB) Banten, 5 Oktober 2004, Karawaci - Tangerang
Oleh :
Mukoddas Syuhada, ST. IAI.
Kepala PIB Banten
Sepanjang kita hidup, manusia tidak akan pernah lepas dari
kungkungan karya arsitektur. Sejak lahir sampai meninggal, arsitektur tidak
dapat dihindari keberadaannya, namun sekaligus juga seringkali terabaikan karena
kedekatannya dengan manusia.
Karya Arsitektur, baik berupa bangunan ataupun kawasan masih
bisa dinikmati keberadaannya di Banten ini. Kalau kita mau meluangkan waktu
sejenak untuk berkeliling kota Serang, mulai dari pelabuhan Karangantu sampai
pusat Kota Serang, akan terasa sangat kental nuansa jaman dulu sehingga kita
merasa dibawa kembali ke jaman Kesultanan Banten dan Jaman Penjajahan Belanda.
Karya-karya Arsitektur pada masa itu masih bisa kita lihat walaupun sebagian
tinggal puing-puingnya.
Suasana pelabuhan karangantu tempat persinggahan kapal saudagar
mancanegara. Pelabuhan Karangantu yang merupakan pelabuhan tertua di Banten
dulunya adalah tempat persinggahan kapal-kapal para saudagar dari manca Negara
yang hendak bertransaksi dan berdagang. Pelabuhan tersebut merupakan urat nadi
perekonomian pada masa Kesultanan Banten. Hilir mudik kapal-kapal sampai
sekarang pun masih bisa terlihat, tinggal penataan yang merupakan tugas dan
tanggung jawab kita bersama untuk melestarikan bahkan meningkatkan kualitas
lingkungannya.
Tampak Mesjid Agung Banten dan Menaranya yang merupakan salah
satu landmark arsitektur yang masih utuh.Tidak jauh dari pelabuhan ± 2 km arah
selatan, kita bisa menikmati suatu karya arsitektur yang merupakan salah satu
landmark terpenting dari sebuah perjalanan arsitektur Banten, yaitu kawasan
Banten Lama. Kawasan ini dibangun pada masa Kesultanan Banten, terdiri dari
Mesjid Agung Banten dan Menaranya, Benteng Surosowan dan Alun-alun. Kawasan ini
dikelilingi oleh kanal yang berhubungan langsung dengan pelabuhan karangantu.
Fungsi kanal pada jaman dulu selain untuk keamanan juga untuk memudahkan
transportasi ke pelabuhan.
Di sekitar kawasan tersebut kita masih dapat menikmati suatu
bukti budaya toleransi antar agama yang sudah terjalin lama di Banten yaitu
dengan adanya bangunan klenteng. Juga terdapat benteng speelwijk peninggalan
Belanda yang berada persis di bibir utara laut jawa. Bangunan-bangunan lain
yang tak kalah pentingnya adalah Rumah dan Mesjid Pecinan di Pamarican yang
sekarang tinggal menaranya. Selain menghasilkan rempah-rempah, Banten juga
dikenal sebagai lumbung padi dengan sistem irigasinya yang sudah maju, hal ini
dibuktikan dengan adanya danau buatan di sekitar dermayon. Danau tersebut
diberi nama Tasikardi terletak ditengah-tengah sawah dan merupakan sumber mata
air yang mengalir ke benteng surosowan.
Gerbang Kaibon yang menjadi salah satu gerbang khas di wilayah
Banten. Sekarang coba kita tengok bangunan yang berada persis di pinggir kali.
Sebuah istana megah yang dipersembahkan untuk ibunda permaisuri sehingga
bangunan tersebut diberi nama istana kaibon yang berarti istana untuk ibu.
Bangunan tersebut kini tinggal puing-puing, namun gerbangnya menjadi salah satu
ikon terpenting penghias bangunan-bangunan di Banten, sekarang terkenal dengan
sebutan gerbang kaibon.
Bergerak kearah pusat kota Serang ±10 km arah selatan, kita
bakal disuguhkan suatu pengalaman ruang yang begitu khas dan berkarakter sangat
kuat, yaitu jalanan yang lurus yang dibatasi oleh pohon-pohon asem dengan areal
pesawahan yang begitu luas. Dulu…, pemukiman yang lazim disebut desa berada
jauh dari jalan, karena desa jaman dulu itu tumbuh dan berkembang mengikuti
pola sungai, dan disinilah dapat ditemukan karakter sangat kuat mengenai
pembagian ruang yang berupa jalan, pesawahan, makam, pemukiman dan sungai yang
dipertegas dengan adanya pohon-pohon asem.
Salah satu sudut jalan raya Banten Lama yang mempunyai ruang
yang sangat kuat dan berkarakter dengan adanya pohon-pohon asem yang berusia
puluhan tahun. Sekarang, sampailah kita di pusat kota serang. Kota yang
dibangun oleh Belanda dari puing-puing istana kaibon yang juga dihancurkan oleh
belanda. Pola kotanya disusun seperti layaknya kota-kota yang dibangun oleh
belanda, yaitu terdiri dari alun-alun sebagai pusatnya, ada bangunan
pemerintahan yang sekarang digunakan sebagai pendopo kabupaten dan kantor
gubernuran, bangunan peribadatan yaitu gereja, juga ada bangunan sekolah dan
pusat perekonomian yaitu kawasan royal dan pasar lama.
Kompleks Keresidenan Banten di pusat kota serang, dibangun jaman
Belanda dengan menggunakan material dari istana Kaibon, sekarang menjadi Kantor
Gubernur Propinsi Banten. Di kawasan tersebut banyak sekali bangunan-bangunan
khas jaman colonial yang sekarang masih utuh dan berdiri megah dengan akses
jalan yang dikelilingi oleh pohon-pohon asem, selain itu terdapat juga
bangunan-bangunan yang merupakan peninggalan sejarah yang tinggal
puing-puingnya bahkan ada beberapa yang bakal menghilang seperti gedung bioskop
merdeka dan pelita.
Bagaimana kalau melalui akses lain menuju kota serang? Seperti
kita ketahui, kota serang dapat diakses dari berbagai penjuru mata angin,
selain dari arah laut melalui pelabuhan, juga bisa diakses melalui daratan dan
pegunungan. Jalan tol yang membentang luas dan menghubungkan langsung kearah
ibu kota merupakan potensi yang sangat luar biasa bila kita tata dengan baik.
Kawasan Lippo Karawaci yang berada persis di sisi Jalan tol
Jakarta – Merak merupakan satu-satunya kawasan yang mempunyai high rise
building. Sepanjang jalan tol tersebut dimana volume kendaraan dan orang hilir
mudik begitu padatnya dapat dijadikan suatu showroom atau etalase sebuah
peradaban yang dulunya sempat menjadi kiblat arsitektur yang bernafaskan islam.
Empat tahun sudah berjalan pembangunan di Banten sejak berdirnya
propinsi yang memisahkan diri dari jawa barat. Perkantoran mulai dibangun,
pusat pemerintahan mulai dikembangkan kearah selatan kembali ke masa Banten
jaman Hindu Kuno, penataan dan revitalisasi mulai diwujudkan kembali. Artinya
propinsi banten sedang giat-giatnya mengejar ketertinggalan dengan propinsi
lain. Namun ada suatu pertanyaan yang menggelitik tentang arsitektur banten
masa kini. Akan dibawa kemanakah arsitektur banten masa kini itu? Apakah
kembali ke jaman banten kuno dengan menempatkan puspem kearah selatan, atau
mengikuti jaman kesultanan banten dengan menata kembali kawasan banten pesisir,
bisa jadi tetap mengikuti jaman colonial belanda dengan tetap bertahan pada
gaya arsitektur colonial.
Usaha-usaha kearah terciptanya identitas kota sudah terlihat,
seperti contoh gerbang-gerbang perkantoran menggunakan gerbang kaibon, median
jalan protocol diberi hiasan asmaul husna, bangunan-bangunan baru
dikombinasikan dengan elemen-elemen khas arsitektur banten, dan adanya usaha
revitalisasi kawasan banten lama. Namun yang perlu kita perhatikan bersama
adalah masalah penataan kota, rencana tata bangunan dan lingkungan serta master
plan kota yang sampai saat ini baru sebatas lembaran-lembaran kertas yang belum
diwujudkan. Jangan sampai kota ini yang dulunya punya sejarah arsitektur yang
khas dan berkarakter jadi hilang identitasnya.
Salah
satu sudut di jalan protocol yang sekarang terkesan semrawut dan kurang tertata
dengan baik dan kedepannya sangat berpotensi menimbulkan kemacetan. Hal ini
bisa kita lihat di sepanjang jalan protocol (jl. A. Yani Serang) banyak
dibangun ruko-ruko dan bangunan-bangunan yang tidak memperhatikan suatu konsep
perencanaan kota yang baik, juga titik-titik simpul yang merupakan gerbang
utama memasuki wilayah banten sampai saat ini masih menggunakan gerbang dari
daerah Jawa barat.https://www.youtube.com/user/dasalbantani/featured
Comments