Rumah Tangguh dari Bambu





Rendering oleh : Danang Arif Setiawan


Wilayah di Indonesia sangat rawan bencana seperti banjir, tanah longsor, badai, angin ribut, gempa, tsunami dan likuifaksi. Selain bencana, Indonesia juga mengalami degradasi lingkungan akibat pembangunan yang menggunakan material yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu untuk hunian, dibutuhkan rumah yang tangguh.

Rumah Tangguh dari Bambu (RTB) merupakan salah satu solusi untuk menjawab persoalan bencana-bencana dan kerusakan lingkungan. Dimensi RTB 5m x 10m terdiri dari 1 Kamar Tidur 3m x 5m, 1 Ruang Bersama 3m x 5m yang bisa dijadikan sebagai Ruang Tidur, 1 Dapur 2m x 3m, 1 Ruang Penghubung 2m x 4m dan 1 Kamar Mandi 2m x 3m.

Konsepnya merupakan rumah yang bisa bongkar pasang sehingga memudahkan untuk pengembangannya nanti. Unsur ramah lingkungan, keberlanjutan dan aman merupakan 3 unsur yang sangat penting bagi RTB.




















1. Struktur RTB
1.1. Sistem bongkar pasang, untuk memudahkan pengembangan ke depan.
1.2. Sistem panggung, sangat baik untuk keamanan dan kesehatan.
1.3. Bangunan utama, yaitu rumahnya, menggunakan pondasi setempat dari beton dengan tulangan rangka bambu yang diikat dengan sloof dan terhubung dengan struktur kolam yang berfungsi sebagai pondasi rakit. Gabungan struktur pondasi setempat dan rakit ini bisa meminimalkan dampak negatif dari bencana gempa, banjir dan likuifaksi. Di bawah lantai dipasang tong plastik untuk membuat bangunan tetap mengapung naik turun pada saat bencana banjir.
1.4. Kerangka rumah, mulai dari kolom, balok dan kuda-kuda, menggunakan bambu utuh (pole) dengan sistem gapit (jepit) menggunakan mur baut dan pasak (paku) dari bambu.
1.5. Rangka Lantai menggunakan bambu belah dan dipasang menggunakan sekrup dengan penutup lantai dari palupuh (bambu pecah).
1.6. Dinding living room menggunakan palupuh double untuk sisi pendeknya, sedangkan sisi panjangnya menggunakan dinding geser yang berfungsi sebagai bukaan untuk pintu dan jendela.
1.7. Dinding bedroom menggunakan palupuh double  yang ditengahnya diberikan lapisan Styrofoam 4 cm untuk sisi pendeknya, sedangkan sisi panjangnya menggunakan dinding geser yang berfungsi sebagai bukaan untuk pintu dan jendela.
1.8. Rangka atap menggunakan bambu utuh untuk gording dan kaso, sedangkan rengnya menggunakan bambu belah dan diberikan anyaman bambu untuk meredam panas dari penutup atap metal.
1.9. Bagian atas dinding dibuat terbuka untuk memberikan jalan angin.
1.10. Untuk mengatasi serangga dan nyamuk di malam hari, bisa menggunakan kelambu dan tanaman rambat yang bisa mengusir nyamuk dan serangga.
1.11. Dapur dibuat terbuka, sedangkan toilet, dindingnya dari bahan bambu palupuh yang diplester dengan adukan semen dan ditutup keramik/batu alam.
1.12. Di sekelilingnya dibuat kolam yang berfungsi untuk memanen air hujan yang nantinya ditreatment untuk kebutuhan air bersih dan disimpan di toren tertutup. Selain untuk memanen air hujan, kolam tersebut berfungsi untuk menyejukkan iklim dan penunjang sistem proteksi pasif untuk kebakaran. Airnya pun bisa digunakan untuk mencuci, flushing dan menyiram tanaman. Untuk mencegah jentik nyamuk di kolam, bisa menggunakan ikan-ikan.
1.13. Untuk limbah cair, disalurkan ke instalasi pengelolaan air limbah, sedangkan untuk limbah padat, menggunakan bioseptictank.
1.14. Untuk sampah, yang organik dijadikan kompos, sedangkan yang anorganik dibuat ecobrick.
1.15. Untuk energi listrik, selain menggunakan sumber listrik dari PLN, juga menggunakan listrik tenaga matahari.
1.16. Bambu yang digunakan merupakan bambu awet yang sudah ditreatment sehingga terlindungi dari serangga dan punya lifetime puluhan tahun.

Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Kisah Gantarawang dan Abah Manta Sang Kuncen Terakhir

Asal Usul Jalan Kiyai Haji Sulaiman di Kota Serang Banten