Menjadi Relawan Kemanusiaan di Lombok



Hari ini, tanggal 23 Agustus sampai dengan tanggal 25 Agustus, saya diutus oleh Pemkot Tangsel untuk membantu mengedukasi warga tentang bangunan ramah gempa bersama IAI Nasional dan Kementerian PUPERA.

Perjalanan Hari Pertama di Lombok Utara
Jalanan dari bandara ke kota banyak rumpun bambu. Jalanan ke arah Pasar Gunung Sari ada sentra pengrajin bambu. Sekarang kita menuju daerah Pemenang, Lombok Utara, perjalanan sekitar 1.5 jam dari daerah Gunung Sari.Untuk daerah rawan bencana gempa, huntara sangat dibutuhkan. Daerah Gunung Sari mulai terlihat bangunan-bangunan yang roboh akibat gempa. Di jalanan Tanjung, pinggirnya banyak terdapat rumpun bambu.
Di daerah gunung pusuk, bangunan-bangunan rumahnya aman, kemungkinan karena masih banyak pasak bumi alami, yaitu pohon dan bambu. Di daerah Tanjung, mulai banyak bangunan yang hancur.
Tempat yang pertama dikunjungi adalah Desa Pemenang Lombok Utara. Hampir semua bangunan mulai dari kantor polisi sampai rumah-rumah roboh dan rusak, kecuali rumah dari material alam dan bangunan yang memenuhi kaidah struktur ramah gempa. Terlihat rumah warga yang roboh menggunakan tulangan besi yang sangat kecil sekali untuk kolom dan balok serta tanpa stek dinding.
Beberapa warga juga sedang membuat rumah hunian sementara dari bambu dan kayu. Di sinilah saya mulai mengedukasi rumah bambu knockdown yang sudah dibuat di Akademi Bambu Nusantara. Dari Kementerian PUPERA sedang membangun rumah RISHA. Saat ini, warga masih belum berani beraktivitas di dalam rumah. Jadilah halamannya buat sholat dan beristirahat.







Hari Kedua, menuju Lombok Timur.

Warga masih belum berani beraktivitas di dalam bangunan seperti rumah dan masjid. Bahkan untuk sholat jumat pun dilakukan di lapangan. Di daerah Mantang menuju Kopang Lombok Tengah, banyak pengrajin bambu membuat gazebo dan lain-lain.
Dikarenakan Sembalun longsor jadi kami melewati jalan lain menuju Sambelia.
Kemarin sore rapat di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi NTB. Hasilnya adalah, bantuan pemerintah dari Kementerian PUPERA adalah rangka dan atap rumah risha type 36 seharga 35 juta. Sehingga, ada sisa 15 juta lagi yang bisa digunakan untuk membuat dinding, lantai, kamar mandi dan finishing. Oleh karena itu dibutuhkan pemilihan material yang terjangkau dan sustainable dengan biaya 15 juta.
Daerah wanasaba juga ada pengrajin bambu. Di jalanan Sambelia, dekat dengan PLTU, ada material alang-alang untuk atap. Ada sungai sebagai sumber batu kali untuk umpak dan dinding serta lantai kamar mandi. Ada juga panglong-panglong kayu dan sungai yang banyak pasir dan batu kali. Ada tempat pembuatan batako dan sungai kering. Bambu dan kelapa banyak.
Desa Dara Kunci, hancur, kecuali rumah Bambu Kayu. Ada jembatan besar dengan sungai yang kering dan banyak batu pasir. Desa Mandain Kec. Sambelia. Banyak material batu dan pasir. Ada sumber air di sungainya.
Tidak jadi lewat jalur pantura, belok ke arah kaki Gn. Rinjani, banyak material alam Bambu Kayu. Susah sinyal. Jalannya mulai tidak enak bergelombang. Daerah sembalun. Rest Area Sembalun.
Banyak bambunya. Longsor di Pusuk (puncak pas) Sembalun, akses jalannya meliak-liuk, banyak tikungan tajam dan tanjakan yang cukup ekstrim dengan jalan bergelombang dan rusak.
Kami sempat istirahat karena mobilnya ngebul dan sempat masuk ke dunia labirin, nyasar bolak balik di jalan yg sama 
Description: https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fce/1/16/1f600.png😀 
Di tempat kami nyasar, banyak juga warga yang mendirikan tenda, sepertinya belum tersentuh bantuan, daerah Sembalun ke jalan Segara Anakan.






















Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Legenda Desa Gunung Malang

Tanah-Tanah Strategis di Kota Serang