Orasi Gerakan Daulat Desa


Nama Saya Mukoddas Syuhada, sudah 5 tahun lebih Saya menjadi Pegiat Bambu Nusantara. Tahun 2012, Saya mulai menggelorakan Revolusi Sebatang Bambu di Indonesia, dimulai dari Banten.
Mengapa Bambu? Karena di Indonesia, bambu masih menjadi simbol kemiskinan. Bambu sangat dekat sekali dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Mulai dari lahir (sunat dan motong tali pusar bayi), hidup (alat Bantu pertanian, bangunan dan peralatan makan minum) sampai mati (keranda, penutup makam dan nisan), pasti ada unsur bambunya. Bahkan, para pahlawan kita, dulu berjuang melawan penjajah menggunakan bambu runcing. 
Meskipun Indonesia memiliki 11% jenis bambu dunia (salah satu yang terbanyak di dunia) dan tumbuh subur di berbagai wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke, pemanfaatan dan teknologinya masih sangat sederhana dan ketinggalan zaman. Di luar negeri, bahkan di negara yang tidak memiliki budaya bambu, seperti Europa, bambu sudah menjadi simbol kemapanan. Dashboard mobil mewah BMW terbuat dari bambu, konstruksi bangunan di bandara Madrid Spanyol dari bambu laminasi.
Bambu juga sangat handal dan bisa tumbuh di mana saja, bahkan di lahan yang sangat kritis sekalipun seperti lahan bekas tambang dan lahan dengan salinitas yang tinggi seperti pinggir laut. Untuk konservasi lingkungan, bambu bisa mengembalikan keseimbangan alam dengan sangat cepat sekali. Penelitian di Tiongkok dan India, lahan-lahan bekas tambang, begitu ditanami bambu, dalam waktu 4 tahun, muka tanah dan muka air tanah cepat sekali naiknya. Hutan bambu menghasilkan oksigen lebih banyak dibandingkan hutan lainnya, CO2 yang di serap pun lebih banyak dan juga bisa menyerap bau dan debu. Satu batang bambu itu bisa memberikan kebutuhan oksigen untuk 2 orang per harinya. Akar bambu juga bisa mengikat tanah supaya tidak longsor. Bambu bisa menjaga dan menemukan mata air serta bisa menyimpan cadangan air bersih. Satu batang bambu sama saja dengan 10-30 biopori alami yang airnya bisa langsung dimanfaatkan.
Bambu juga tidak ada limbahnya, dari mulai akar sampai ujung batangnya bermanfaat semua. Untuk makanan, minuman, pengobatan, pengawetan, kerajinan, industri kreatif, energi terbarukan sampai dengan industri bangunan.
Jadi, kalau dahulu para pahlawan kita berjuang melawan penjajah menggunakan bambu runcing, nah di zaman now ini, yang semuanya serba digital dan online, kita berjuang melawan kemiskinan dengan bambu digital. Dengan bambu, kita bisa mendukung kedaulatan dan ketahanan papan, pangan, sandang, energi dan lingkungan di Indonesia dengan sangat cepat dan mudah. Karena bambu bisa menggantikan fungsi kayu, logam, plastik, benang dan energi fossil.
Inilah Bambu, Emas Hijau, Sang Saka Bhuana Pusaka Alam Semesta, MATA AIR Kehidupan yang akan mensejahterakan Desa-Desa di Indonesia dengan sangat cepat dan mudah. Bisa memberdayakan banyak masyarakat lintas generasi, dari mulai anak-anak sampai manula. Deklarasi Gerakan Daulat Desa ini harus menjadi momentum untuk membentuk Akademi Bambu Nusantara di seluruh pelosok negeri. Sekali menanam, seumur hidup akan panen terus. Mari Kita wariskan MATA AIR, bukan air mata untuk keberlanjutan anak cucu kita generasi yang akan datang.
Salam Bambu Nusantara.





Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Kisah Gantarawang dan Abah Manta Sang Kuncen Terakhir

Asal Usul Jalan Kiyai Haji Sulaiman di Kota Serang Banten