Wisata Edukasi Bambu Nusantara : Edisi Mekarmanik, Desa Pengrajin Bambu yang Terancam Hilang

Aku Melihat Indonesia : Edisi di Kampung Kita Jaya!

Ada warga yang keluh kesah menyampaikan kegelisahannya ke saya sesaat setelah melihat tempat pengrajin kursi meja bambu di Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, tempat saya melakukan Wisata Edukasi Bambu Nusantara (webNUSA). Mereka resah dengan lahan perhutani yang beralih fungsi dari hutan bambu menjadi perkebunan kopi. Mereka takut kampungnya yang terdiri dari 68 KK terkena bencana lingkungan seperti longsor dan kekurangan air bersih. "Abdi teh sieun, bisi jiga di Garut, tanah longsor, soalna awina beak ditebangan jeung diduruk diganti ku kopi" ujar seorang ibu yang menunjuk sebuah lereng yang dijadikan perkebunan kopi.
Penasaran dengan keluhan warga tersebut, saya coba mendokumentasikan Desa Mekarmanik dengan Drone. Saya juga googling untuk mendapatkan informasi mengenai Desa Mekarmanik. Ternyata Desa tersebut termasuk dalam Kawasan Lindung dan Konservasi Bandung Utara. Selain itu, di sekitarnya ada juga penambangan batu andesit yang sudah beroperasi dan berpotensi menimbulkan bencana lingkungan yang lain.
Saya datang ke Desa Mekarmanik ini atas undangan Himpunan Mahasiswa Bisnis Internasional (HIMABI) Program Diploma FEB Unpad Bandung yang sedang mengadakan kegiatan IB Care HIMABI Berbagi. Desa ini, dulunya banyak pengrajin kursi meja bambu, namun sekarang hanya tersisa sebanyak 34 orang saja. Mereka, selain membuat kursi meja, juga memasarkan sendiri produknya ke Kota Bandung dengan cara menyewa mobil losbak. Kemudian dipanggul keliling permukiman, jika tidak laku, ya di bawa kembali ke desanya. Bahan bakunya juga didatangkan dari luar desa akibat alih fungsi lahan untuk hunian, pertanian dan perkebunan. Sehingga, jika tidak dìrestorasi, maka pengrajin bambu di Desa Mekarmanik ini akan hilang. Jadi, tidak hanya bencana lingkungan saja yang akan menimpa Desa Mekarmanik, tapi juga akan hilangnya sebuah peradaban yang sebenarnya berpotensi untuk meningkatkan kualitas hidup warga desa tersebut jika dilakukan restorasi.
Oleh karena itu, saya coba memberikan solusi terbaik untuk masalah Desa Mekarmanik yang mungkin kasus ini terjadi juga di desa-desa yang lain. Dari sejarahnya, desa ini sudah layak dijadikan sebagai Desa Bambu Nusantara karena sudah ada pengrajinnya. Untuk masalah bahan baku, bisa dilakukan penanaman kembali bibit bambu di lahan-lahan yang berpotensi menimbulkan bencana lingkungan. Para pengrajin harus fokus dengan produk bambunya yang dibantu oleh ahli desain produk dalam hal inovasi dan kreativitasnya sehingga menghasilkan berbagai macam produk bambu yang layak jual. Kemudian, pemerintah dan swasta memfasilitasi kebutuhan peralatan dan mesin serta pemasarannya. Jangan dilupakan juga peran para pelaku ekonomi kreatif, baik mahasiswa maupun komunitas untuk mengemas peradaban ini menjadi viral di sosial media, sehingga menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Desa Bambu Nusantara. Jadi, kita jual Peradaban Nusantara ini yang tidak dimiliki tempat-tempat lain di luar negeri sehingga mereka mau datang dan berdampak positif terhadap bangkitan-bangkitan yang timbul seperti kebutuhan akomodasi, transportasi, kuliner dan aktivitas wisata lainnya.
InsyaAllah, jika tahapan ini dilakukan, maka orang-orang kampung yang ada di desa tersebut tidak perlu lagi eksodus ke kota dan terciptalah keseimbangan lingkungan. Di Kampung Kita Jaya!!!!




























Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Kisah Gantarawang dan Abah Manta Sang Kuncen Terakhir

Asal Usul Jalan Kiyai Haji Sulaiman di Kota Serang Banten