Kisah Cengkeh yang Pertama Kali di Tanam di Ternate



Cengkeh Afo
Dalam bahasa Ternate, Cengkeh disebut Bua Lawa, sedangkan kata Cengkeh kemungkinan berasal dari bahasa China "Zeng qi a". Afo adalah bahasa Ternate yang berarti pohon besar, juga berarti tua.
Cengkeh Afo adalah pohon cengkeh tertua di dunia, yang berada di Pulau Ternate, salah satu dari Kepulauan Rempah (The Spices Islands) di Provinsi Maluku Utara. Oleh warga Tongole, pohon ini dinamai Cengkeh Afo I, Cengkeh Afo II dan Cengkeh Afo III sesuai urutan usia, ketiganya tumbuh di lokasi yang tidak terlalu berjauhan, di Tongole, Ternate Tengah.
Cengkeh Afo I telah mati pada awal tahun 2000, dalam usia 416 tahun. Saat ini tersisa pohon Cengkeh Afo II yang berusia sekitar 250 tahun dan pohon Cengkeh Afo III yang berusia hampir 200 tahun.
Karena letaknya hampir di separuh ketinggian Gunung Gamalama, sekitar 600 mdpl. Pohon Cengkeh Afo I adalah pohon yang selamat atas upaya pemusnahan pohon Cengkeh, sebagai kontrol oleh V.O.C. untuk menjaga monopoli perdagangan rempah. Hanya perkebunan milik dan kontrol V.O.C. yang boleh memiliki pohon Cengkeh.
Pada 1770, seorang Perancis berhasil mengambil bibit dari pohon ini dan membawa ke negaranya, hingga ke Zanzibar, yang saat ini menjadi salah satu produsen Cengkeh terbesar dunia.


Cengkeh Afo is the world's oldest clove tree, located here in Ternate, North Maluku, one of the "Spice Islands", also known as the Moluccas in English. In fact, Cengkeh Afo is not one but three trees standing in close proximity in Tongole Village, two of which are still living, the people of Tongole call these trees Cengkeh Afo I, Cengkeh Afo II and Cengkeh Afo III, in order of age.
Cengkeh Afo I died at the beginning of 2000 at the age of 416 years old. Currently, only Cengkeh Afo II and Cengkeh Afo III are still living, aged approximately 250 and 200 years old, respectively.
Because Cengkeh Afo is situated almost half way up Gamalama Mountain at around 600 metres above sea level, it remained safe from the efforts of the V.O.C. (Dutch East India Company, Verenigde Oost Indische Compagnie in Dutch) to selectively destroy clove trees as part of a campaign to maintain their monopoly over the clove trade. Only plantations owned and controlled by the V.O.C. were allowed to remain.
In 1770, a French merchant managed to obtain seeds from Cengkeh Afo and take them to Zanzibar, which is now one of the world's biggest clove producers.

Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Kisah Gantarawang dan Abah Manta Sang Kuncen Terakhir

Asal Usul Jalan Kiyai Haji Sulaiman di Kota Serang Banten