9 out of 17 Goals With Green Gold
Oleh : Muhaimin Iqbal
Seluruh negara-negara di dunia yang
bernaung dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sepakat untuk mencapai target
bersama pada tahun 2030, yaitu apa yang disebut Sustainable Development Goals(SDGs). Dari 17 pencapaian yang menjadi target tersebut , saya melihat
setidaknya ada 9 target diantaranya bisa dicapai melalui perantaraan satu
tanaman saja. Satu tanaman yang saya sebut emas hijau atau green gold ini
adalah kekayaan negeri ini yang terabaikan selama ini, dialah bambu ! Bagaimana
bisa ?
Dari ratusan jenis bambu yang kita
miliki, sebagian besar bisa hidup di seluruh wilayah negeri ini – baik di
wilayah yang paling basah seperti Bogor maupun wilayah-wilayah yang paling
kering seperti NTT.
Bambu memiliki kegunaan yang sangat
beragam, dia bisa menjadi food – makanan yang lezat dan bernutrisi ketika dia
masih muda yang disebut rebung. Menjadi fiber – bahan kertas ramah lingkungan
dan bahan serat tekstil berkwalitas tinggi.
Dia menjadi biofuel yang sangat
fleksibel, dibakar langsung bisa, dijadikan arang bisa, dan bahkan ada dua
bahan bakar masa depan yang bahan terbaiknya antara lain adalah bambu. Bahan
bakar masa depan ini adalah BioCoal dan BioDME.
BioCoal merupakan bahan bakar carbon
netral, bisa digunakan langsung menggantikan coal atau co-firing dengan coal
tanpa perubahan peralatan dan mesin sama sekali. Bedanya dengan coal, BioCoal
adalah carbon netral karena dihasilkan dari tanaman yang tumbuh saat ini, dia
juga jauh lebih bersih dari coal (batu bara) karena tidak mengandung sulfur,
nitrogen oxides ataupun mercury, limbah ash-nya juga jauh lebih sedikit.
BioCoal bisa dibuat dari biomassa secara
umum, namun bambu merupakan salah satu bahan terbaiknya karena dia tanaman
evergreen – sekali tanam dia akan mulai panen di usia lima tahun dan terus
menerus dipanen sampai usia 60 tahun. Ketika dipanen dia menyisakan 2/3 rumpun
yang tidak dipanen, sehingga tidak mengganggu kehiajuan wilayah yang ada
penanaman bambu ini.
Proses paling mudah dengan kwalitas
tinggi untuk menghasilkan BioCoal adalah dengan apa yang disebut Torrefaction.
Seperti membuat arang biasa tetapi dikendalikan supply oxigen-nya pada tingkat
minimum dan pengendalian suhu yang akurat. Pengalaman kami hasil terbaiknya di
rentang suhu 260 – 320 derajat Celsius.
Mesin dan prosesnya relative sederhana,
di lab Startup Center BioCoal merupakan produk ¼ jadi dari target produk utama
yang ingin kami hasilkan yaitu BioDME. Sedangkan produk ½ jadinya adalah yang
disebut Syngas.
Bila BioCoal merupakan bahan bakar masa
depan –yang sudah available saat ini - yang langsung bisa menggantikan atau
digunakan bersama coal untuk menekan pencemaran udara, maka BioDME adalah bahan
bakar masa depan yang insyaAllah bisa segera hadir – saat ini masih dalam R
& D Startup Center.
Lagi-lagi BioDME juga bisa menggunakan
biomassa pada umumnya, namun bambu adalah salah satu kandidat terbaiknya.
BioDME dapat mengerem laju emisi pencemaran udara hingga 95% bahkan lebih,
dibandingkan bahan bakar diesel.
Selain sebagai food, fiber, fuel, bamboo
juga menjadi feedstock atau bahan baku berbagai produk berkwalitas tinggi. Dia
bisa menjadi bahan active carbon untuk penjernihan air, untuk bahan obat, dan
juga salah satu bahan terbaik untuk material masa depan yaitu nano carbon.
Lantas apa hubungannya bambu ini dengan
target pencapian negara-negara di dunia dengan apa yang disebut SDGs tersebut
di atas ?, saya melihat setidaknya ada 9 dari 17 target SDGs yang bisa
difasilitasi oleh tanaman bambu ini. Berikut Penjelasannya.
SDG no 1 – No Poverty, daerah-daerah
miskin di pedesaan umumnya disebabkan tanahnya yang kurang fit untuk tanaman
pangan. Padahal tanaman tidak harus untuk pangan, tanaman seperti bambu bisa
memberikan hasil netto yang bahkan lebih tinggi dari tanaman padi yang hanya
bisa ditanam di tanah terbaik.
Bila desa-desa gersang dan tertinggal
ditanami bambu secara massif dengan pasar yang sangat luas tersebut di atas,
maka desa miskin-pun bisa menjadi makmur oleh bambu. Ketika desa-desa menjadi
makmur, kemiskinan kota juga akan menghilang dengan sendirinya – karena orang
miskin kota akan deurbanisasi ke desa-desa yang telh menjadi makmur lebih
dahulu.
SDG no 6 – Clean Water and Sanitation,
bambu memfasilitasi akses masyarakat terhadap air bersih melalui dua cara.
Pertama keberadaan tanaman bambu akan memaksimalkan tanah untuk menahan airnya,
bahkan akan memancarkan mata air-mata air setelah rumpun bambu subur pada usia
tertentu.
Daerah yang tadinya minim mata air akan
berubah menjadi daerah dengan jumlah mata air yang melimpah. Air tidak lagi
menjadi problem bahkan untuk daerah yang semula gersang sebelum hadirnya
tanaman bambu.
Kedua, untuk daerah yang belum juga
mendapatkan air dari mata airnya setelah beberapa tahun menanam bambu,
masyarakat bisa menjernihkan air yang ditampungnya dari hujan, sungai dan lain
sebagainya menggunakan arang aktif yang dibuat dari bambu. Air bersih tetap
menjadi murah dan bisa disaring sendiri dengan material yang diproduksi dari
tanaman mereka sendiri - yaitu bambu.
SDG no 7 - Affordable and Clean Energy,
selama ini supply energy di seluruh dunia umumnya menggunakan pendekatan
sentralisasi. Di Indonesia supply energy mayoritasnya hanya dari tiga BUMN saja
yaitu PLN, Pertamina dan PN Gas. Akan baik untuk seluruh stakeholder negeri
ini, ketika rakyat punya pilihan energi-nya sendiri.
Ketika rakyat yang ada di kepulauan dan
daerah terpencil bisa memproduksi listriknya sendiri dengan bahan bakar
BioCoal, menjelankan power generator, traktor-traktor pertanian dan kendaraan
niaganya dengan BioDME - maka pemerintah dapat menghemat subsidi energinya
untuk kemudian digunakan untuk keperluan pembangunan lainnya. Bagi para BUMN
yang selama ini mengemban tuga sosial, juga bisa fokus untuk kegiatan
komersial-nya sehingga bisa bersaing dengan para pemain global di bidangnya.
SDG no 10 - Reduced Inequality, selama
ini setelah 73 tahun merdeka 60% desa kita tertinggal dan sangat tertinggal.
Penyebabnya adalah antara lain ekonomi yang terpusat, semua yang digunakan oleh
penduduk desa datangnya dari pusat, desa - terutama yang tertinggal karena
tanahnya kurang produktif - nyaris tidak ada produksi yang berarti.
Bayangkan sekarang bila desa-desa
menjadi produsen bahan bakarnya sendiri atau bahkan untuk orang kota, desa
menjadi 'pengekspor' produk makanan kwalitas tinggi dari rebung, desa bahkan
bisa memproduksi material masa depan nano-carbon, Maka kemakmuran-pun akan
merambah ke desa-desa yang semula tertinggal.
Orang kota yang ahli energi, ahli
makanan, ahli nano material, ahli serat dlsb, tiba-tiba bisa melihat masa depan
mereka ada di desa. Akan terjadi deurbanisasi kalangan terdidik ke desa sampai
terjadi keseimbangan kemakmuran antara desa dan kota. Yang hijrah ke kota tidak
lagi lebih besar dari yang hijrah ke desa.
SDG no 11 - Sustainable Cities and
Communities, masalah perkotaan terbesar untuk negara-negara berkembang umumnya
adalah masalah urbanisasi. Sumber daya kehidupan seperti udara bersih dan
sumber air yang terbatas dan bahkan berkurang karena bertambahnya bangunan -
harus dikonsumsi oleh jumlah penduduk yang bertambah pesat karena urbanisasi.
Deurbanisasi menjadi cara paling efektif
untuk menyebarkan konsentrasi penduduk, dan ini akan terjadi dengan senidirinya
manakala ada 'gula' di desa. Karena dimana ada gula ada semut, maka industri
per-bambuan-an mulai dari proses menanam sampai produk-produk turunannya bisa
menjadi 'gula' yang sangat manis untuk memicu arus deurbanisasi tersebut.
SDG no 12 - Responsible Consumption and
Production, saat ini kita hidup sebagai generasi yang konsumtif terhadap sumber
daya alam kita. Batu bara kita keruk dari bumi dan tidak akan pernah bisa mengembalikannya,
minyak yang kita sedot dari sumber-sumbernya di darat maupun laut - kita tidak
akan pernah bisa mengembalikannya, demikian pula hutan-hutan yang menjadi
gundul dengan alasan untuk membiayai pembangunan.
Lantas apa yang kita berikan ke bumi ini
untuk generasi yang akan datang ? Setidaknya kita harus mulai menanam sekarang,
dan bambu menjadi pilihan terbaiknya. Bila saat ini kita tanam, bambu-bambu itu
akan mulai produktif sebelum masa pemerintahan berikutnya 2024 berganti.
Selanjutnya bambu akan teus produktif
sampai sekitar 12 masa pemerintahan berikutnya atau sekitar 60 tahun. Mayoritas
kita tentu tidak akan mengalami hidup selama itu, tetapi inilah yang bisa kita
wariskan ke generasi mendatang. Kita masih bisa mewariskan bumi yang subur,
hijau royo-royo dengan mata air yang menyebar di seluruh pelosok negeri.
SDG no 13 - Climate Action, ini adalah
target yang sulit dipahami oleh kebanyakan masyarakat kita. Bila suhu permukaan
bumi konon tambah panas, kutub utara dan selatan bumi bergesar karena
mencairnya gunung-gunung es - apa hubungannya dengan kita ? memangnya ada yang
bisa kita lakukan ?
Tidak menjadi penting apakah yang kita
lakukan bener-bener bisa menghentikan mencairnya gunung es di dua kutub, tidak
menjadi penting apakah ini akan mengerem pergeseran letak kutub utara bumi,
tetapi setidaknya kita berbuat yang kita bisa. Menanam bambu adalah menanam
tanaman yang tergolong paling mudah, dan dia akan berusia 60 tahun untuk
mengerem laju pemanasan global, mengerem emisi carbon, meningkatkan produksi
oksigen untuk kita bisa terus bernafas dengan gratis.
SDG no 15 - Life On Land, ketika kita
menanam satu species tanaman - sejatinya kita bukan hanya turut
menghidup-hidupkan bumi dengan satu tanaman tersebut. Dari satu tanaman inilah
terbangun satu ecosystem kehidupan baru, baik di dalam tanah, di permukaan bumi
maupun yang ada di antara bumi dan langit.
Ketika kita sadar bahwa satu batang
bambu yang kita hadirkan ini ikut hadir bersamanya ecosystem kehidupan - maka
inilah setidaknya bakti nyata kita di bumi pertiwi ini. Ketika satu daun
jatuh-pun tidak luput dari pandanganNya, maka dari ecosystem kehidupan yang
kita terlibat di dalamnya ini - kita berharap semoga menjadi wasilah atau jalan
- agar kita selangkah lagi lebih depat kepadaNya, yang mengasihi
kehidupan di bumi insyaAllah akan dikasihi oleh yang di langit.
SDG no 17 - Partnership to Achieve The
Goal, seberapa keras-pun kita bekerja, kita tidak mungkin bisa melakukannya
sendiri. Demikian pula gerakan menghijaukan bumi dengan menanam bambu ini. Kami
hanya bisa meng-inspirasi, memotivasi, men-challenge, mengawali dlsb. tetapi
gerakan besarnya sendiri tentu membutuhkan seluruh pihak yang terkait.
Bibit bambu insyaallah sudah tersedia,
teknologi pengolahan sampai BioCoal, BioDME, Nano Carbon, Fiber dlsb. semua
adalah barang yang kelihatan yang bisa dipelajari, akan menjadi lebih cepat
learning process-nya bila resources terbaik negeri ini bergabung.
Maka inilah saatnya untuk
berbuat something big, something green , something yang begitu berharga
sehingga saya menyebutnya green gold ! Bila tertarik, silahkan kirim email ke :ceo@igrow.asia atau ceo@igrow.id dan
sampaikan minat Anda.
Comments