Sindangsari, Mata Elang Bambu Nusantara
Saat tulisan ini dibuat, wabah pandemi Covid19 di Indonesia sudah tembus di angka 1,05 juta kasus, 852 ribu sembuh dan 29.518 meninggal (sumber : covid19.co.id). Hampir semua sendi-sendi perekonomian mengalami kerusakan dan stagnan. Akan tetapi, dampak tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap para petani yang hidup di desa. Petani tanpa teknologi tetap bertani, teknologi tanpa petani, mati. Salah satunya adalah Desa Sindangsari Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Sebuah desa yang terletak di di lereng Tenggara Gunung Manglayang.
Desa, hasil pemekaran dari Desa Manglayang ini sedang cemas dan was-was. Bukan akibat covid19, tapi akibat degradasi lingkungan yang terjadi di lereng-lereng bagian atas sekitar Desa Sindangsari. Benteng-benteng alamnya seperti hutan dan bambu sudah beralih fungsi dan ditebang habis untuk sebuah pembangunan dan perkebunan sayur. Akankah menunggu bencana longsor dan banjir bandang seperti yang terjadi di beberapa daerah baru semua bergerak?
Tidak...! Jangan...! Kalau bukan sekarang, mau kapan lagi? Tanah air Indonesia Raya sedang sakit dan lemah. Hampir semua daerah tinggal menunggu giliran datangnya bencana akibat keserakahan manusia. Mudah-mudahan, apa yang kami lakukan, Alumni ITB '95 - Akademi Bambu Nusantara - Rumpun bambuNUSA Sumedang - Dinas LHK Provinsi Jawa Barat, di Desa Sindangsari ini menjadi contoh dan bisa diduplikasi oleh desa-desa yang lainnya.
Setelah sempat tanpa kegiatan setelah di Punclut Bandung karena covid19, program Bambudaya, Sedekah Air dan Oksigen, akhirnya dilaksanakan kembali tanggal 30 - 31 Januari 2021 di Kampung Pasir Jepang Desa Sindangsari.
Kalau di Punclut hanya 200 bibit bambu yang ditanam, di Sindangsari kita tanam 1000 bibit bambu yang terdiri dari bambu betung dan apus (tali). Penanaman dilakukan pagi hari. Dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Desa dan harapannya dari warga di sekitar Gunung Manglayang untuk pemberdayaan bambudaya ini. Program bambudaya ini tambah melebar setelah perwakilan dari BPDAS Citanduy dan Cimanuk meminta kami untuk dilakukan program yang sama di balainya yang sudah memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Sebagai surprisenya, kegiatan ini juga dihadiri oleh Pak Sam Saung Angklung Udjo (SAU). Beliau tidak hanya bercerita tentang kondisi terkini SAU, tetapi berbagi juga tentang cara membuat angklung mulai dari bahan bambunya sampai cara memainkannya, disertai dengan demo membuat angklung. Sebagai penutup kegiatan ini adalah sosialisasi, edukasi dan workshop tentang pelestarian dan pemanfaatan bambu oleh Founder Akademi Bambu Nusantara.
Pelatihan Pemanfaatan Bambu :
Comments