Huntara Bambu vs huntara pabrikasi



Workshop penanganan bencana Tsunami Senyap Selat Sunda yang dilakukan IAI Banten sudah berjalan sejak tanggal 2 Januari 2019. Berbagai kendala di lapangan silih berganti datang dan pergi. Mulai dari pendanaan sampai dengan sumber daya manusia. 

Pendanaan yang digalang oleh IAI Banten melalui crowd funding kitabisacom dan rek Mandiri IAI Banten belum berhasil dan jauh dari memenuhi target. Untuk menutupi kekurangan dana operasional terpaksa harus merogoh kocek sendiri dan pinjam dari kas IAI Banten dan Dinas Perkimta Tangsel.

Tanggap Bencana yang dilakukan IAI Banten rupanya belum berhasil meyakinkan pihak Pemprov. Banten untuk menjadi partner dalam masa transisi. Padahal, secara keilmuwan dan profesi, IAI Banten sudah sangat siap dengan konsep Restorasi Kawasan, Hunian Sementara (Huntara) dan Hunian Tetap (Huntap). Salah satu buktinya adalah desain untuk Huntara dari IAI Banten yang memakai material alam seperti bambu tidak menjadi pilihan. Mereka lebih memilih menggunakan bahan-bahan pabrikasi seperti triplek, GRC, Baja ringan dan lain-lain. Alasannya lebih cepat, sehari bisa 9 huntara.
 
Material bambu sengaja diusulkan karena bisa memberdayakan banyak masyarakat, lebih ekonomis, bahannya mudah didapat dan sangat ramah lingkungan. Desain huntaranya pun dibuat sederhana dan nyaman sehingga tidak membutuhkan Tukang dan peralatan khusus. Jadi masalah kecepatan membangun pun, desain dari Tim Arsitek untuk Negeri (TAuN) mampu bersaing dengan huntara dari bahan pabrikasi.



SDM juga menjadi salah satu kendala dalam membangun huntara. Jangankan untuk membangun 9 unit per hari, untuk mendampingi saja sulit, karena para lembaga yang menangani bencana, mahasiswa dan relawan yang merupakan ujung tombak dari SDM di masa transisi ini tidak terlatih kerja lapangan bidang konstruksi. Oleh karena itu, IAI Banten bekerja sama dengan Akademi Bambu Nusantara (ABN), UPJ, UNTAR, UMN dan Mercubuana mulai mengadakan workshop buat para mahasiswa dan relawan untuk membangun hunian sementara dari bambu. Selain itu, desain-desain hunian karya ABN dibuat khusus untuk ramah bencana.
Kendala-kendala tersebut tidak menyurutkan langkah TAuN untuk membuktikan bahwa huntara dengan material bambu lebih ekonomis dan nyaman dibanding material pabrikasi. Oleh karena itu, jumat malam tanggal 11 Januari, huntara type 21 mulai dibangun di Labuan yang merupakan salah satu Posko Pokja Relawan Banten. 


Nanti, setelah huntara type 21 selesai, akan dibuat untuk type 50. Huntara yang di desain langsung oleh das albantani ini merupakan huntara yang bisa memberdayakan banyak masyarakat. Material nya, hampir 100% dari bambu yang mudah di dapat di lokasi tempat dibangunnya huntara, jadi bisa membeli dari warga pemilik rumpun bambu.


Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Kisah Gantarawang dan Abah Manta Sang Kuncen Terakhir

Asal Usul Jalan Kiyai Haji Sulaiman di Kota Serang Banten