Sistem zonasi itu bagus, sampai kapan bertahan?



Saya, sebagai salah satu orang tua yang saat ini memiliki anak yang mau masuk SMA di Kota Bandung masih merasa was was dengan posisinya di bursa zonasi kombinasi (zk).


Hari pertama untuk zk, ada di posisi 10 dengan pendaftar berjumlah 28 siswa. Hari kedua terlempar di posisi 35 dan 36 dan hari ketiga sempat di posisi 45 yang kemudian terkoreksi di posisi 44 dengan pendaftar mencapai 90 siswa. Padahal, quota untuk jalur ini hanya 51 siswa dengan waktu pendaftaran masih 2 hari lagi. Apa tidak was was itu namanya?



Nilai anak Saya rata-rata 95,875 dan jarak rumahnya ke SMAN 3 mendapat skor 385. Jadi kalau memakai zk skornya adalah 383,95. Memang lebih kecil jika dibandingkan zonasi jarak dengan skor 385. Tapi prediksi Saya, tidak akan bersaing dengan siswa-siswa yang mempunyai jarak rumah lebih dekat meskipun quotanya 182 siswa. Belum lagi orang-orang yang instant membuat kartu keluarga (kk) dengan alamat rumah yang dekat dengan SMAN 3. Oleh karena itu, Saya pilih jalur zk dengan asumsi ini jalur yang paling aman dan quota yang cukup. Ternyata prediksi Saya salah, justru yang banyak membuat kk tersebut memilihnya jalur zk.



Setelah Saya cek data pendaftarnya di website PPDB Jabar, ditemukan beberapa keanehan-keanehan, yaitu :



1. Skor Kombinasi (SK) yang ada di tampilan websitenya ngacak tidak berurutan, jadi pertanyaannya adalah : nomor urut yang ditampilkan itu sesuai SK terbesar atau tidak? Sesuai nomor pendaftaran atau tidak? Karena ada aturan yang menjelaskan jika SK nya sama, maka yang nomor pendaftarannya paling awal, ada diurutan atas.







2. Tampilan pertama data pendaftar website PPDB Disdik Jabar dengan nomor siswa 1-25 urutan SK nya ngacak, sedangkan tampilan berikutnya dengan nomor siswa 26-50 urutan SK nya sudah betul.



3. Calon siswa atas nama Raisa Madania Daryono, tercatat alamatnya di Kab. Bandung, tapi perhitungan jaraknya mendapat skor 390, berarti jarak rumahnya masuk di range 2 km - 3 km, apakah ini benar dan dimungkinkan meskipun beda zonasi?



4. Ada 1 alamat rumah, 8 titik koordinat, dan 8 siswa yang memiliki alamat KK yang sama di jl. Bali, ada juga 1 alamat rumah, 4 titik koordinat dab 4 siswa yang memiliki alamat KK yang sama di jl. Kalimantan.





Begitu juga PPDB di SMA 5, kawan Saya coba mengecek di websitenya, ditemukan skor ajaib yang tidak sesuai dengan jarak rumah siswa yang mendaftar.



Jika memang anak Saya terpental dari SMA 3 karena murni kalah dalam SK, Saya sudah ikhlas. Tapi jika kalahnya karena kesalahan, keteledoran apalagi bermain tidak fair, yah harus dibetulkan dan ditindak tegas.



Kesalahan dan keteledoran bisa terjadi pada saat memasukkan data koordinat alamat rumah. Bermain tidak fair bisa terjadi pada saat membuat kk dan menentukan titik koordinat alamat rumah.



Sebagai penutup, yang memilih SMA 3 adalah anaknya sendiri, karena sejak SMP sudah disosialisasikan bahwa SMA 3 itu adalah sekolah favorit. Selain itu, jarak rumahnya sekitar 3 km dan cukup naik angkot sekali. Terima kasih dan semoga PPDB SMA Tahun 2019 ini lebih fair dan selalu ada perbaikan yang kontinyu, salah satunya tambah ruang kelas buat sekolah-sekolah yang dianggap masih favorit.

Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Legenda Desa Gunung Malang

Tanah-Tanah Strategis di Kota Serang