Merekalah Perusak Peradaban Kesultanan Banten yang Usianya Hampir 500 tahun


Kami bukan nolak NIAT BAIK penataan Banten Lama, yang Kami tolak adalah PELAKSANAAN FISIK nya yang tidak sesuai dengan prinsip Revitalisasi dan Cagar Budaya.
Kawasan Kesultanan Banten itu tidak hanya milik segelintir/sekelompok orang di Pemprov. Banten, Kami juga punya hak untuk mengkritisi dan memberi masukan cara-cara Revitalisasi yang sesuai dengan Undang-Undang Cagar Budaya. Itu sudah Kami tempuh semua, tapi ternyata pelaksanaannya tidak sesuai dengan masukan yang sudah kami berikan.
Sejarah akan mencatat, jika payung-payung itu (sama sekali tidak ada fungsinya) tidak dipindahkan, perkerasan granit yang menutup hampir semua Alun-Alun Banten tidak dibongkar karena merubah ruang terbuka hijau, dan pohon-pohon yang usianya puluhan tahun yang ditebang tidak diganti, maka mereka-mereka inilah yang punya kewenangan dan dana yang sangat besar sekali tapi dalam waktu 3 bulan saja sudah menghilangkan peradaban Kesultanan Banten yang usianya ratusan tahun.

Di Kesultanan Banten itu ada filosofi penataan kotanya, yaitu : Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawis yang memiliki makna penting dalam sejarah dan kebudayaan masyarakat Banten. Filosofi tersebut menyebutkan bahwa Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawis sebagai wujud dari kebijakan Sultan Banten, khususnya pada pemerintahan Sultan Maulana Yusuf (1570-1580) dalam membangun infrastruktur perkotaan, salah satunya adalah benteng pertahanan dengan menggunakan batu bata dan karang (kawis). Wujud kebijakan tersebut menunjukkan sebuah simbol perpaduan harmonis antara gatra alami (karang) dan sosial (batu bata) dengan memanfaatkan geopolitik Kesultanan Banten sebagai kerajaan maritim yang pernah berjaya pada masanya. Semboyan ini merupakan cerminan dari tinggalan intangible Kesultanan Banten sekaligus cerminan kearifan lokal (local wisdom) yang ditransmisikan dari generasi ke generasi.(sumber : GAWE KUTA BALUWARTI BATA KALAWAN KAWIS, SEBUAH KONSEP HISTORIS DAN SIMBOLIS
Tubagus Umar Syarif Hadi Wibowo).
Kumuhnya Kawasan Kesultanan Banten itu bukan akibat alun-alun dan pepohonan, tetapi akibat pedagang, pengemis, sampah dan orang-orang yang hidup dari karopak, nah Kami sangat senang di masa nya Pak Gubernur WH kekumuhan (minus orang-orang yang hidup dari karopak) itu sudah berhasil diatasi, tapi Kami sedih jika Kawasan Kesultanan Banten itu dijadikan kawasan seperti di Madinah �, nanti filosofinya jadi GAWE KUTA BALUWARTI MARMER KALAWAN PAYUNG.
Jadi, Kami yang hanya segelintir ini, memohon kepada Pemprov Banten untuk memindahkan payung-payung, mengembalikan Alun-Alun Banten menjadi ruang terbuka hijau dan mengganti pohon-pohon yang sudah ditebangi semua �.
https://www.change.org/p/forum-peduli-kota-serang-pak-wh-mohon-perintahkan-kontraktornya-utk-hijaukan-pindahkan-payung2-dari-alun2-banten?recruiter=15585405&utm_source=share_petition&utm_medium=twitter&utm_campaign=share_twitter_responsive
Mudah-mudahan Pak Gubernur memahami itu semua, masih belum terlambat.

Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Legenda Desa Gunung Malang

Tanah-Tanah Strategis di Kota Serang