Kisah Seru dan Luar Biasa Pegiat Bambu Pangandaran, Kesabaran yang Berujung Kesuksesan

Melihat dokumenter video (Luar Biasa! Seorang Diri Membangun Workshop dan Bambu Laminasi di Desa Bojong Pangandaran),  dimana digambarkan perjalanan mencari alamat, dan ketemu dengan yang selama ini belum dijumpai, workshop yang dimaksud, sejauh apa perkembangannya, dan sungguh mengejutkan bagi saya. Walaupun sudah tahu bapak akan datang tetap saja kejutan.  Tangan dingin bapak dalam meramu momentum dan cerita yang natural apa adanya tanpa editan, membuat saya terharu dan teringat perjalanan saya mencintai bambu sangat panjang berliku, mengharukan. 

Keberhasilan suatu proyek tentu didukung oleh media yang  tahu peluang bisa "menjual" cerita yang nyata dan menarik.  Saya jadi ingat cerita kang Adang, seorang yang bergelar doktor dan mempunyai pekerjaan bergengsi di Jerman. Memilih pulang ke Indonesia, setelah melihat pertunjukan angklung dari Indonesia di Jerman. Pulang dari Jerman jadi pemulung bambu bekas bangunan,  Dimana diceritakan disitu banyak yang mencemooh, seorang sarjana kok mulung bambu. Tidak peduli dengan gunjingan, kang Adang membuat biola dari bambu tersebut, dan nilai jualnya yang tinggi ke luar negri dapat nilai plus tersendiri,  dan merekrut pengamen agar meninggalkan pekerjaanya,  dengan mengajari bikin biola dan hasilnya dibeli,  adalah suatu yang jadi sorotan media. Rekan kang Adang mengangkat cerita ini dengan mengirim email ke Kick Andi, dan dapat respon.  Kang Adang kaget ada Kick Andi datang ke workshop.  Singkatnya dipanggil ke studio MetroTV dan dapat dana hibah dari sponsor Bank BRI senilai 150 juta untuk pengembangan. Tapi sayang mereka jadi pecah setelah itu, karena menurut rekannya yang disampaikan pada saya ada sesuatu yang bikin kecewa karena ada ketidakadilan.

Untuk mencintai sesuatu, belumlah tentu dapat apa yang kita harapkan, bisa jadi kita diuji untuk menilai sejauh apa keteguhan hati, apa yang saya alami mungkin jauh lebih tragis. Saya lahir, besar dan sekolah di Bandung, tentu keseharian yang jauh dari alam, memungkinkan kurang respek terhadap alam. Tapi saya pernah tinggal di kampung 1 tahun. Dimasa kecil, saya akrab dengan bambu, bikin mainan mobil-mobilan dari bambu dengan bannya pakai bekas sendal jepit,  bikin kandang jangkrik dari bambu, panah, dan lain-lain. Kisah masa kecil mungkin terekam di alam bawah sadar. Suatu ketika tahun 2011, saya mengunjungi pameran ada kursi dan lemari dari bambu laminasi, Waw kok bisa ya  bambu seindah ini,  diluar apa yang saya tahu dan bayangkan selama ini. Tak lama saya hijrah ke kampung halaman orang tua, dengan rumah bersebelahan dengan mertua saat itu. Di kampung banyak peluang yang luput dari perhatian dan saya harus berbuat apa agar bisa mengangkat citra daerah lebih terpandang. Kembali  ingat ke bambu laminasi, saya buka kembali brosur dan cari tahu, kemana dan gimana saya bisa tahu ini bisa dibuat. Saya di suruh datang ke jalan Gunung Batu no.5 di Bogor.  Nekat akhirnya kami bersama istri pada waktu itu ke Kota Bogor, dimana kota yang asing belum pernah di jumpai. Berangkat pagi, sampai Cianjur isya,  dicegah diteruskan perjalanan sana sama orang Cianjur demi keamanan, disarankan istirahat di mesjid dan berangkat subuh untuk mengejar sampai Bogor jam 8 pagi. Perjalanan melewati puncak, oh ini ya puncak yang selalu ada di TV akhirnya kita lewati....

Untuk sesuatu yang belum tentu menguntungkan, 3 kali ke Bogor akhirnya saya berani keluar uang yang cukup besar bagi saya, untuk modal bikin lem bambu, ke mana dan gimana menjual ini lem tidaklah diperhitungkan dengan matang. Saya tawarkan sana sini, tidak ada yang mau, hanya sedikit saja yang minat,  sedangkan uang tabungan habis untuk modal ini. Kerjaan saya bersosilalisasi, memperkenalkan lem ini melalui jaringan internet di laptop, sebab cara pemasaran door to door tidaklah efisien.  Justru kegiatan main laptop dapat sentimen negatif dari mantan mertua saat itu,  di mana beliau seorang petani yang bekerja keras berangkat pagi pulang kotor. Sedangkan saya masih duduk di depan laptop,  hidup tetap miskin penghasilan tidak jelas. Makin hari makin tahun bertambah belum ada perubahan membuat suasana makin tidak kondusif. Cari cara lain sambil menunggu dan memperkenalkan bambu laminasi kita harus punya banyak relasi dan kenalan. Akhirnya di putuskan jualan Soto ayam,  siapa tahu ada pembeli yang tertarik,  istri jualan dan saya bantu istri di warung,  sesekali cerita pada pembeli tentang bambu laminasi. 

Suatu ketika ada order dari mahasiswi ITB untuk bikin balok bambu laminasi, wah konsumen pertama nih saya pikir. Beli planer tangan dan router untuk menunjang pekerjaan, dengan bambu di belah manual pakai golok tak masalah. Yang masalah, saya tidak punya tempat kerja yang memadai, saya kerjakan di lorong rumah yang bersebelahan dengan rumah mertua,  debunya masuk kamar mertua dan beliau marah besar. Ya saya juga kesal, mertua orang kaya tapi tidak mendukung,  bukan memberikan solusi malah mencemooh. Akhirnya saya pindah planer bambu ke dalam rumah saya,  ya ke dalam rumah tepatnya di ruang tamu. Kalo saya dianggap nggak waras ya biarlah, saya gila beneran,  begitu pikir saya saat itu. Kemudian saat bikin lem sampai jam 10 malam dengan gas semawar yang suaranya berisik merdu masuk ke kamar mertua, nah di sini puncaknya dosa-dosa dan kesalahan saya, beliau marah besar, saya tidak pernah disapa 3 tahun. Akhirnya ancaman mertua terbukti suatu ketika,  setelah sholat magrib, sepulang dari warung bantu istri, saya ditungguin oleh amil dan pengacara. Saya dipaksa untuk tanda tangan surat cerai.  Saya debat mengulur waktu agar besok saja saya tandatangani,  tapi tidak bisa.  

Saya gertak! Ok saya tandatangani asal kalian mau terima dosanya! Amil tidak mau, tapi mertua siap tanggung dosanya. Saya terancam situasi tidak menguntungkan, minta ijin beli pulsa untuk telepon ibu, sebab saya telpon ibu nggak nyambung, pulsa kurang. Pegang uang 15 ribu,  sisa 3 ribu,  pergi ke warung pakai sandal amil saya nggak tahu sandal saya yang mana. Di warung, ketemu Ustad lagi beli rokok, saya pikir dia bisa bantu dan saya ceritakan yang sebenarnya. Ustad tidak bisa bantu karena pengacaranya yaitu tetangga rumah punya ilmu santet. Tidak ada peluang, akhirnya saya pilih pulang ke rumah orang tua dengan minta antar yang punya warung. Kalo balik lagi ke rumah pasti saya di paksa tanda tangan surat talak, saya akan kalah lawan 3 orang dan istri yang tadi dipihak saya malah ikut bapaknya. 

Diperjalanan tengah sawah ketemu ibu yang niatnya mau nyusul saya,  sebab sangat aneh di luar adat saya telepon. Sebab saya nggak pernah telepon ini, kok telepon, pasti nggak beres. Ibu nangis sejadi-jadinya lihat saya pulang hanya pakai baju koko dan sarung. Saya cegah jangan nangis.  Saya nggak apa-apa, saya lelaki. Kita pulang dan nanti dijelaskan.  Ngojeg saya ngutang sebab hanya punya uang 3000. Pak tolong bawa pulang lagi ini sendal bukan punya saya.  Saya pikir kalo tidak dikembalikan akan jadi bumerang, sebab saya bicara sangat keras pada amil yang memaksa sepihak tanpa tabayun. Ternyata benar jika sendal tidak dikembalikan, akan dijadikan amunisi menyerang saya. Pulang ke orang tua tanpa modal sepeserpun bikin galau. Alhamdulillah banyak yang simpati,  ada yang  ngasih pinjam motor 1 tahun dari orang Bandung yang tidak dikenal sebelumnya dan tidak pernah tahu di mana rumah saya.  Saya kembali kerja di Kuningan, di perusahaan jati terbesar dan kenal baik dengan pemiliknya dan banyak belajar tentang mesin wood working.  Terakhir kerja di Bogor, di perusahaan yang mungkin tidak bisa saya raih jika saya tidak ada latar belakang penggiat bambu.  Sekarang, apa yang jadi impian punya workshop sudah di raih,  mesti masih banyak kekurangan, saya yakin ditangan dingin bapak, saya bisa maju. Apalagi Pangandaran paling disoroti media, ditambah lagi orang nomor 1 seperti ibu Susi disini tempatnya. Saya bisa maju jika bisa menghasilkan sesuatu yang luar biada dan tak terduga,  sampai-sampai, saat ini tidak punya waktu banyak buat hal di luar bambu.  Banyak proyek yang mesti dibuat, buat kejutan. Sayangnya tetangga saat itu yang suka mengejek dan mantan mertua sudah meninggal saat ini.

Comments

Popular posts from this blog

Pepadone Wong Serang, Kamus Base Jawe Serang

Kisah Gantarawang dan Abah Manta Sang Kuncen Terakhir

Asal Usul Jalan Kiyai Haji Sulaiman di Kota Serang Banten